Kategori
Berita cugenang tahfizh camp

Prosesi Setoran Akhir Santri Putri Tahfizh Camp

Kesibukan sudah terlihat sejak usai shalat subuh di pesantren tahfizh camp putri Daarul Qur’an, Selasa (9/2). Hari itu empat santri akan melakukan prosesi setoran hafalan akhir dihadapan ustazah dan orangtua mereka masing-masing. Prosesi ini menandai selesainya setoran hafalan mereka sebanyak 30 juz.

Berbeda dengen rekannya yang lainnya, Fatimah Azzahro, Mariatul Qibtia, Laila Azizah, Asfhi Salsabila mengenakan gamis dan jilbab berwarna putih. Ada senyum ymengembang dibalik ketegangan mereka. Mulut mereka bergerak cepat berusaha mengingat hafalan yang akan mereka bacakan nanti.ustaz Hery Setiawan, pengasuh tahfizh camp, mengatakan prosesi setoran hafalan ini sengaja dibuat dengan menghadirkan wali santri untuk memberikan semangat sekaligus bisa melihat secara langsung pencapaian anak-anak mereka.

“Biar berbeda dengan suasana setoran lainnya. Kita ingin buat ini spesial dan bisa menjadi kebanggaan orangtua sendiri dengan apa yang dicapai anak mereka” ujarnya.

Prosesi pun dimulai, empat surat dari juz 27 telah dipilih oleh masing-masing santri menjadi setoran hafalan mereka yakni surat Al-Qomar yang akan dibacakan Mariatul Qibtia, surah At-Thur yang dibacakan Fatimah Az-Zahro, serta surah Ar-Rohman yang dibacakan oleh Ashfi Salsabila.

Keempatnya pun membaca surat yang dipilih secara bergiliran. Disaat mereka membaca, orangtua dan ustadzah pun menyimak bacaan masing-masing santri. Rasa gugup terlihat dari wajah mereka. Sesekali bacaan terhenti dan berlanjut seiring fokus ingatan kembali. Dibelakang para santri, orangtua menyimak dengan sesekali meneteskan air mata.

Begitu usai senyum mengembang dari para santri, tidak lama senyum tersebut bercampur tangis saat empat santri menghampiri orangtua untuk sungkeman. Tidak terasa air mata juga mengembang di santri lain yang tengah menyimak.

Tidak Mudah

Keempat santri mengaku, menyelesaikan hafalan dalam waktu kurang dari satu tahun bukanlah sebuah proses yang mudah meski mereka berada di lingkungan yang mendukung. Tantangan terbesar datang dari diri sendiri. Sebagaimana disampaikan oleh Fatimah ia mencoba menghadapi tantangan ini dengan konsep hadapi, hayati, nikmati.

“Jika fokus saja pada menghafal, jika ada susah kita hadapi bukan malah kita hindari. Lalu kita hayati kenapa Allah milih kita buat di sini dan terakhir kita nikmati alurnya dan banyak bersyukur” ujar Fatimah di depan teman-temannya.

Sementara itu Mariatul Qibtia mengaku termotivasi dengan hadits para penghafal Alqur’an adalah keluarga Allah, “Nah, saya mau jadi bagian dari keluarga Allah lewat menghafal Alqur’an”

Kesedihan pun hadir saat Laila Azizah memberikan hafalan Alquran ini buat almarhum mamanya, “Dulu mama ingin saya menjadi penghafal Alquran. Alhamdulillah kini saya menunaikan keinginan tersebut meski mama tidak bisa menyaksikan langsung. Semoga segala pahala kebaikan dari saya membaca dan menghafal Alquran mengalir untuk mama” ujarnya.

[ess_grid settings='{“entry-skin”:”1″,”layout-sizing”:”boxed”,”grid-layout”:”even”,”spacings”:”0″,”rows-unlimited”:”off”,”columns”:”3″,”rows”:”3″,”grid-animation”:”fade”,”use-spinner”:”0″}’ layers='{“custom-image”:{“00″:”19745″,”01″:”19744″,”02″:”19741″,”03″:”19740″,”04″:”19736″,”05″:”19733″},”custom-type”:{“00″:”image”,”01″:”image”,”02″:”image”,”03″:”image”,”04″:”image”,”05″:”image”,”06″:”image”},”use-skin”:{“00″:”-1″,”01″:”-1″,”02″:”-1″,”03″:”-1″,”04″:”-1″,”05″:”-1″,”06″:”-1″}}’][/ess_grid]

Cerita menarik datang dari Ashfi yang awalnya tidak yakin bisa menyelesaikan hafalan dalam 1 tahun.

“Saya sudah menelpon orangtua dan mengatakan tidak akan selesai dalam 1 tahun, tapi ketika itu ayah saya mengatakan bahwa saya jangan menghafal Quran dengan target tapi iringi dengan ketakwaan pada Allah swt, karena orang yang bertakwa selalu diberikan jalan yang tidak diduga oleh Allah swt” ujar Ashfi.

Tantangan

Ustaz Hery pun bersyukur kepada mereka yang telah berhasil menyelesaikan setoran hafalan. Tapi bukan berarti tugas mereka selesai. Kini mereka dituntut untuk memahami apa yang mereka hafal sekaligus menjaga hafalan tersebut tidak hilang.

“Kita doakan mereka istiqomah dan ini juga bisa menular ke santri lainnya” ujar ustaz Hery

 

Kategori
Berita cugenang tahfizh camp

Daarul Quran Kembangkan Penggilingan Padi Mandiri

Untuk meningkatkan ekonomi pesantren, Daarul Qur’an meresmikan penggilingan padi mandiri di pesantren tahfizh camp putri Daarul Qur’an yang berlokasi di Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (11/12).

Mesin penggilingan padi berkapasitas 500kg dalam sehari ini nantinya akan memproduksi beras yang dihasilkan dari sawah garapan Daqu Agrotechno serta para petani mitra binaan Daquagro yang tersebar di Sukabumi dan Cianjur.

Ustaz Tarmizi Ashidiq, Ketua Daarul Qur’an, yang hadir dalam peresmian berharap kehadiran mesin penggilingan padi ini dapat meningkatkan produksi beras yang dihasilkan oleh Daqu Agrotechno untuk memenuhi kebutuhan pangan di pesantren daqu.

“Setiap bulannya pesantren Daqu di Ketapang, Cikarang dan Sukabumi membutuhkan beras sebanyak 14 ton yang selama ini dipenuhi oleh Daqu Agrotechno, semoga dengan adanya mesin ini semakin meningkatkan produksi beras untuk memenuhi kebutuhan di pesantren lainnya” ujar Tarmizi.

Sementara itu ustaz Anwar Sani yang juga ikut meresmikan penggilingan padi ini mengatakan mesin penggilingan padi ini menjadi ikhtiar Daarul Qur’an dalam menumbuhkan kemandirian ekonomi pesantren selain juga bisa menjadi manfaat bagi para petani yang berada di sekitar pesantren.

“Kami juga ingin berperan dan bermanfaat bagi dunia pertanian di Indonesia. Dengan adanya penggilingan padi ini kita harap para petani mitra dan yang berada di sekitar pesantren mendapat ketenangan dalam memasarkan hasil taninya” ujar Anwar Sani.

[ess_grid settings='{“entry-skin”:”1″,”layout-sizing”:”boxed”,”grid-layout”:”even”,”spacings”:”0″,”rows-unlimited”:”off”,”columns”:”2″,”rows”:”2″,”grid-animation”:”fade”,”use-spinner”:”0″}’ layers='{“custom-image”:{“00″:”18947″,”01″:”18951″,”02″:”18949″,”03″:”18951″},”custom-type”:{“00″:”image”,”01″:”image”,”02″:”image”,”03″:”image”},”use-skin”:{“00″:”-1″,”01″:”-1″,”02″:”-1″,”03″:”-1″}}’][/ess_grid]

Pengolahan padi ini nantinya akan dikelola langsung oleh Daquagrotechno, unit Daarul Qur’an yang mengelola sejumlah hasil tani dan kebun seperti jamur tiram dan produk turunannya seperti baso jamur dan sosis jamur.

Kategori
Berita cugenang karawang malang Pesantren tahfizh camp

Saat Menghafal Quran Jadi Studi Lanjutan

[vc_row][vc_column][vc_column_text]Usai menyelesaikan studi S2 Farmasi di Universitas Gajah Mada (UGM) tawaran berkarir dari sejumlah institusi menghampiri Magfiroti Fitri. Dari mulai menjadi dosen di sebuah universitas hingga sejumlah rumah sakit menawarinya posisi bergengsi. Banyaknya tawaran itu membuat ia bingung dan memutuskan untuk shalat istikharah agar pilihannya tidak keliru.

Di saat menunggu hati sreg ke mana ia akan berkarir, Fitri bermimpi yang menggambarkan dirinya sedang membaca ayat terakhir surat Al Baqarah. Sejak itu tawaran posisi dari sejumlah institusi ia hapus sekaligus memantapkan diri untuk menghafal Alquran.

“Sejak lama saya memang memendam keinginan untuk menghafal Alquran. Saya melihat kawan yang sudah menghafal Alquran hidupnya itu tenang, adem, padahal masalahnya sama dengan yang saya hadapi” ujarnya.

Mimpi dan keinginannya ini ia ceritakan kepada orang tuanya. Awalnya Ayah Fitri menolak keinginan putrinya tersebut.

“Ayah saya kecewa. Maunya saya bekerja lalu menikah” kisah Fitri.

Namun itu tidak membuatnya patah semangat. Ia malah makin semangat berdoa kepada Allah agar membuat keinginannya menjadi penghafal Quran tercapai.

“Yah, saya pengen kerja, saya pengen nikah, tapi syaratnya satu. saya ngafal di Tahfizh Camp Daqu” Rayu Fitri.

Usaha Fitri untuk meyakinkan ayahnya berhasil, di usia 27 tahunnya Fitri terdaftar sebagai santriwati Tahfizh Camp Daqu, Cugenang, Jawa Barat.

Jauh dari Kalimantan Timur, Fithrah Nur Khalishah sejak kelas 2 SMK sudah bertekad untuk masuk ke Tahfizh Camp Daqu. Kedua orang tua  Fithrah sempat kaget  ketika mengetahui putrinya memutuskan untuk menghafal Alquran  lebih dulu sebelum lanjut studi ke Universitas. Informasi yang ia dapatkan dari aplikasi jejaring sosial Instagram membawa ia hingga sampai ke Tahfizh Camp Daqu, Malang.

“Seneng, karena disini belajar banyak hal yang tadinya gak tau jadi tau, terus bisa ketemu orang-orang baru, pengalaman baru ketemu ustadzah dan ustadz yang bisa ngasih ilmu-ilmu yang bermanfaat”. Kesan Fithrah yang baru sebulan menghafal di Tahfizh Camp Daqu, Malang.

Suasana pesantren Tahfizh Camp Malang yang sejuk, berada di antara Gunung Arjuna dan Gunung Kawi, membuat Hikmah Nur Hayati yang nyantri usai mendapatkan gelar S1 Komputansi Akuntasi, tambah kerasan.

“Jadi lebih bisa menikmati bacaan Alquran yang sebelumnya itu membaca ayat Quran itu biasa aja namun sekarang lebih tebawa suasna perasaan hati, sebelumnya sholat itu pake surat-surat pendek aja terus juga kurang menikmati bacaannya karena makhroj dan tajwidnya saya masih belum benar kemudian juga beum megerti apa artinya dari kalam kalam itu, lebih khusyuk dalam sholat”

 

Tahfizh Camp merupakan program yang dibuat oleh Daarul Quran bagi mereka yang ingin fokus menghafal Quran dalam waktu satu tahun.

Program  ini terbuka untuk umum, fokus setahun untuk menghafal Alquran dan mendalami ilmu agama. Berada di 3 tempat yakni di Karawang (Putra), Cugenang (putri) dan baru tahun ini berjalan di Malang untuk putri.

Tapi apakah mudah menghafal di usia dewasa? Disinilah Allah SWT memberikan ‘garansi’, dalam firman-Nya tertulis “Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?”(QS. Al-Qamar 54: Ayat 17, 22, 32, 40) [ayat ini diulang 4x dalam surat yang sama].

“Ngafalin qur’an itu asyik banget. Kita sekolah ngafal pelajaran biologi, ngafal rumus kimia, matematika, itu aja kita mau kan, kita lakuin buat nilai apa lagi ngafalin qur’an yang jelas-jelas segala ilmu itu ada di qur’an, kita dapet kebahagiaan di dunia sama di akhirat, kita dapet kemuliaan di duia dan di akhirat. jadi jangan pernah takut untuk keluar sedikit dari jalur yang biasa kita jalanin demi mendapat kabahagian yang hakiki nanti.” Begitu kesan Sartika Nurul Ulfa saat menyelesaikan studi di Tahfizh Camp Cugenang.

Tika, biasa ia dipanggil, telah menyelesaikan Hafalan Qur’annya lengkap 30 Juz dan saat ini sedang studi di Sağlık Bilimleri Üniversitesi, atau Istanbul Health Sciences, Turki.

“Ini berkah Alquran” tambah Tika.[/vc_column_text][vc_media_grid grid_id=”vc_gid:1539328482120-a7db1671-a777-0″ include=”18143,18144,18145,18146,18147,18148″][/vc_column][/vc_row]