Kategori
Banyuwangi Berita

Islamic Center Sragen Gelar Kerjasama dengan Daarul Qur’an

Daarul Qur’an terus mengembangkan kemitraannya. Penandatangan nota kesepahaman antara Yayasan Islamic Center Sragen dengan Daarul Qur’an di bidang pendidikan KB-TK melalui Biro Fullday telah terjalin. Setelah dilakukan komunikasi yang panjang, rapat bersama antara kedua lembaga dilanjutkan launching KB-TK Daarul Qur’an di Yayasan Islamic Center Sragen terlaksana pada Selasa, (17/12) di pendopo Yayasan Islamic Center Sragen. Acara dihadiri oleh kepala bidang KB-TK, Ahmad Syamsuddin, dan kepala bidang kemitraan, Mahfud Fauzi.

Ketua Yayasan Islamic Center Sragen, H. Sofwan Badri, mengatakan kerjasama yang dibangun berdasarkan asas persaudaraan sesama muslim. Menurutnya, Daarul Qur’an merupakan lembaga besar yang terus meningkatkan kualitasnya.

Daarul Qur’an terkenal dengan kekhasan pendidikan berbasis tahfizh Al-Qur’an. H. Bambang Samekto yang menjadi inisiator kerjasama menjelaskan bahwa pendidikan tahfizh Al-Qur’an telah teruji kualitasnya, khususnya di bidang pengembangan karakter anak.

Daarul Qur’an juga berkomitmen mengajak masyarakat berpartisipasi dalam realisasi Dream Daqu. H. Lalan Sholahuddin selaku Kepala Biro Fullday Daarul Qur’an menerangkan bahwa bersama masyarakat Insya Allah mampu merealisasikan mimpi 5 benua dengan 100 titik unit sekolah di setiap daerah.

Bupati Sragen, Yuni Sukowati, turut menghadiri acara tersebut. Beliau merasa bangga atas kehadiran Daarul Qur’an yang ikut mewarnai dunia pendidikan di Sragen. “Daarul Qur’an harus menjadi promotor perubahan pendidikan di Sragen, agar bisa menjadi rujukan sekolah swasta lainnya dan umumnya sekolah negeri”, ujarnya. Semoga kerjasama tersebut membuahkan Ridho Allah SWT.

Kategori
Artikel Berita Pesantren

Orangtua, Kunci Zufar Khatamkan Al-Qur’an

Satu lagi santri Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Ketapang berhasil mengkhatamkan hafalan Qur’an. Dia adalah Zufar Rafi Arkana. Santri kelas 10 asal Balikpapan ini resmi menyandang gelar Hafizh Qur’an setelah melaksanakan seremoni Khotmil Qur’an, Jum’at (13/12) di wilayah pohon jamblang, Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Ketapang. Kebahagiannya bertambah dengan hadirnya ibunda tercinta. Ya, hari itu adalah harinya Zufar.

Zufar nampak tegang ketika berhadapan dengan Ustadz Ribhiansyah, pembimbingnya di halaqoh tahfizh. Kawan-kawan satu halaqohnya juga berkumpul mengelilingi Zufar. Sang bunda yang ia nanti kedatangannya duduk di berdampingan dengannya. Zufar pun mulai membacakan surat demi surat, ayat demi ayat.

Suara indahnya membuat syahdu suasana. Sang bunda tertunduk menghayati. Ustadz Ribhiansyah tekun menyimak bacaan Zufar. Hingga sampai di ujung bacaan Al-Qur’annya Zufar meneteskan air mata. Tangis bahagia ia luapkan di hadapan ibunda tercinta. Setelah selesai membaca do’a Khotmil Qur’an ibunda Zufar memeluk dan mencium dirinya dengan penuh haru. Syafa’at dari seorang anak yang menghafal Al-Qur’an Insya Allah kelak dirasakan kedua orangtua Zufar.

Bukan tanpa alasan Ibunda Zufar hadir di acara tersebut. Erna Elvi, sang bunda, mengaku rela terbang dari Balikpapan demi anak tercinta. “Ga bisa ngomong deh ini. Banyak-banyak bersyukur aja, Alhamdulillah”, ungkapnya. Zufar merupakan lulusan sebuah pesantren ketika duduk di bangku SMP. Yang membuat sang ibu gembira adalah masuknya Zufar ke pesantren lagi merupakan kemuannya Sendiri. “Sayang kalau ga diterusin”, ujar ibunda Zufar.

Tak ada kiat khusus yang Zufar lakukan. Meluangkan waktu untuk memuroja’ah hafalan adalah hal yang biasa ia lakukan. Namun, satu hal yang jadi rahasia Zufar. Keberhasilannya terbuka dari sebuah kunci yakni ridho orangtua. “Sering-sering nyenengin orangtua”, ujar Zufar. Menelefon ibu atau ayah rutin Zufar lakukan di akhir pekan. “Meskipun jauh, lewat suara, tapi aduh, seneng banget”, ungkap sang bunda.

Bagi Zufar do’a orangtua adalah yang utama. Hal tersebut juga diamini sang bunda. “Buat para orangtua sering-sering doain anaknya walaupun deket. Terus yang positif-positif aja bawaannya”, pesan ibunda Zufar untuk para orangtua. ”Keinginan anak jangan ditekan. Keinginan orangtua jangan dipaksakan. Kalau emang positif kemauan anak didukung”, tambah beliau. Ibunda Zufar berharap anaknya istiqomah menjaga hafalannya. “Buat bekal dia sama orangtuanya di akhirat”, tukas beliau.

Kategori
Artikel Pesantren

Ustaz Muhibbin: Kuncinya Adalah Lillahi Ta’ala

Sabtu, 19 Januari 2019 merupakan hari terakhir kami sebagai anggota Daqupost menginap di Kampung Quran Bromoyang bertempat di Desa Wonokerto, Gang Haji Dusun Krajan, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Kampung Quran ini merupakan salah satu dari banyaknya Kampung Quran yang dibangun oleh PPPA Daarul Qur’an di beberapa daerah Indonesia. Kampung Quran lainnya berada di Gunung Merapi, Nusa Tenggara Timur, Lombok dan lainnya.

Kampung Quran Bromo berawal dari Musala al-Ikhlas Wal Barakah yang berdiri di atas tanah wakaf almarhum Warjono. Warjono merupakan warga suku Tengger yang masuk Islam pada tahun 2001 lalu. Pada tahun 2010 ia bersama Ustaz Setiono dan didukung oleh PPPA Daarul Qur’an membangun rumah tahfizh yang kemudian diberi nama Kampung Quran Bromo.

Kampung Quran Bromo kini diasuh oleh Ustaz Muhibbin, pemuda berusia 30 tahun asal Pasuruan, Jawa Timur. Ia adalah alumni Pesantren Sidogiri, salah satu Pesantren tertua di Indonesia. Pada hari terakhir kami di sini, tepatnya seusao sholat subuh, kami berkesempatan mendengarkan kisah suka beliau dalam mengasuh dan “menghidupkan” Rumah tahfidz Bromo ini, yang sudah beliau asuh selama 5 tahun lamanya.

Beliau mengatakan keberadaan di Bromo ini terjadi karena di tugaskan oleh pesantrennya sebagai santri pengabdian. Sebenarnya saat itu ia ditawari untuk bertugas di Madura dan Sumatera Selatan, namun semua tawaran itu kandas karena tidak adanya kepastian dari pesantrennya. Hingga datanglah sebuah tawaran dari rumah tahfidz Bromo yang menginginkan seorang pengajar. Tanpa basa-basi dia pun mengambil tugas tersebut.


Mengusir Rasa Dingin

Tantangan pertama saat datang di Bromo adalah melawan rasa dingin. Muhibbin berasal dari Pasuruan yang dikenal panas. Sementara suhu di Bromo bisa sangat dingin sekali terutama airnya. Maka itu 3 pertama ia tidak mandi. Hanya bersih-bersih secukupnya.

“Untungnya hari keempat adalah hari Jumat, dimana sunahnya kita harus bersih diri. Jadi saya memaksakan diri dan selanjutnya menjadi sebuah kebiasaan” ujarnya yang disambut tawa para santri.

Lalu ujian selanjutnya adalah bagaimana berdakwah terhadap warga asli. Sebagai informasi, Desa Wonokerto ini adalah desa yang di apit oleh 3 desa lainnya yang mayoritas beragama Hindu. Jikapun ada yang sudah memeluk Islam namun masih tercampur dengan ajaran Hindu. Ia sempat kebingungan mencari metode dakwah yang tepat. Ia pernah mencoba mendatangi dari rumah ke rumah untuk memberi tahu ajaran islam yang baik tapi respon masyarakat malah nyinyir kepadanya.

“Jika saya menyapa dan menyampaikan ajaran Islam misal di jalan atau di rumah mereka langsung membalas dengan kalimat ‘tadz, jika ingin ceramah di masjid aja” kenang beliau.

Begitu juga dengan suasana pengajian. Memang banyak penduduk dari mulai anak-anak hingga orangtua yang sering berkumpul di mushala namun tujuan mereka kebanyakan hanya mengobrol dan bermain bersama. Awal-awal ia pun membebaskan siapa saja yang ingin mengaji akan dibimbingnya tanpa ada aturan main yang berlaku. Tapi metode ini ia rasa juga tidak efektif karena banyak anak yang malah sering bermainnya.

“Akhirnya pada tahun kedua saya panggil wali santri, saya ajak ngobrol dan bersama buat aturan jika ingin mengaji. Alhamdulillah mereka terima dan sejak itu mengaji di Kampung Quran ini menjadi lebih tertib” ujarnya.

Perlahan demi perlahan kepercayaan akan metodenya pun muncul dari wali santri seiring anak mereka mulai bisa membaca Alquran. Sejak dari jam 15.00 – 17.00 wib puluhan anak dengan beragam usia mulai berdatangan untuk belajar kepadanya. Ada yang sudah pandai membaca Alquran juga ada yang masih memulai dari Iqro.

Ladang Pahala

Saat ditanya apa kunci beliau betah berdakwah hingga lima tahun ini Ustaz Muhibbin mengatakan kuncinya adalah Lillahi ta’ala. Ia tidak menampik kadang ada rasa jenuh dan kangen pada keluarga besaranya tapi ia merasa selama dirinya masih bermanfaat bagi warga Bromo maka ia masih akan tetap mengajar di sini.

“Insya Allah jika niat kita sudah baik dari awal, Allah akan memudahkan jalan kita” ujarnya.

Yang menarik adalah saat beliau mengatakan, bahwa dia senang mengajar di tempat ini karena ladang pahala yang di sediakan lebih besar daripada di tempat lain.

“Kalau di tempat lain, santrinya di suruh duduk, mereka duduk. Di suruh diam, mereka diem. Di ajak ke sini, mereka ke sini. Tapi kalau di sini, Kampung Quran Bromo,santrinya harus di gertak dulu, baru mau gerak. Nah, dari situ kan, sudah kelihatan kalau tenaga yang di keluarkan di sini lebih besar daripada di tempat lain. Jadi pahalanya lebih besar dan lebih banyak.” beliau menuturkan.

Beliau mengatakan, akan selalu berusaha membangun Kampung Quran ini selama beliau masih berguna bagi masyarakat sekitarnya. Ia bermimpi kelak dari anak-anak yang diajarnya bisa menjadi penghafal Alquran.

Semoga dengan keikhlasan beliau dan bantuan para donatur lainnya rumah tahfidz ini bisa tumbuh lebih besar dan menjadi pengingat bagi kita, bahwa keikhlasan adalah modal yang paling dibutuhkan oleh seluruh manusia dalam mengerjakan semua pekerjaannya.

Oiya, jika kalian ada yang ingin ikut berkontribusi dalam dakwah di Kampung Quran Bromo bisa loh menghubungi kantor PPPA Daarul Qur’an Malang atau Surabaya.

Ditulis oleh: Arif Muhammad Alkhan, Santri kelas 12 IPS A

Kategori
Artikel

Sampah Plastik, Bahaya Di Sekitar Kita

Tayangan di akun Youtube BBC News memperlihatkan beberapa personel keamanan bersenjata lengkap tengah melakukan inspeksi pada para pedagang dan pembeli di sebuah pasar di bagian barat Kenya, Afrika. Personel keamanan tersebut mendatangi satu persatu lapak pedagang dan melakukan pemeriksaan hingga ke balik-balik meja. Begitu juga kepada para konsumen. Apakah yang mereka cari? obat-obatan terlarang atau senjata gelap? bukan keduanya. Aparat keamanan tersebut tengah mencari tas plastik yang kini menjadi barang terlarang di Kenya.

Mulai tanggal 28 Agustus 2017 pemerintah Kenya memberlakukan hukuman keras kepada warga yang ketahuan membuat, menjual, atau membawa kantong plastik yakni hukuman penjara hingga empat tahun atau denda sebesar Rp506 juta rupiah. Langkah ini diambil oleh pemerintah untuk melindungi lingkungan hidup. Tercatat sebanyak 24 juta kantong plastik setiap bulannya digunakan warga Kenya.

Hasilnya sungguh menggembirakan. Sebagaiman dikutip dari the guardian di wilayah Kenya kini sulit ditemukan tumpukan sampah plastik. Saluran air juga terbebas dari sampah plastik. Masyarakat pun mulai menemukan alternatif kantong plastik dengan bahan yang terjangkau sekaligus aman bagi lingkungan.

Penggunaan plastik memang menjadi dilema bagi lingkungan hidup. Satu sisi manfaatnya sangat besar di sisi lain sampah yang dihasilkan bisa merusak lingkungan hidup. Terbaru ketika nelayan di Pulau Kapota, Taman Nasional, Wakatobi, Sulawesi Tenggara dikejutkan dengan terdamparnya bangkai paus sperma sepanjang 9,5 meter. Lebih mengejutkan lagi saat diketahui di dalam perut paus naas tersebut ditemukan sampah plastik sebanyak enam kilogram, pada Senin (19/11).

“5,9 kg sampah plastik ditemukan di dlm perut paus malang ini! Sampah plastik yaitu: plastik keras (19 pcs, 140 gr), botol plastik (4 pcs, 150 gr), kantong plastik (25 pcs, 260 gr), sandal jepit (2 pcs, 270 gr), didominasi o/ tali rafia (3,26 kg) & gelas plastik (115 pcs, 750 gr).” kicau akun twitter @WWF_ID

Sebelumnya pada Senin (28/5) di bagian selatan Thailand seekor paus pilot ditemukan mati dengan 80 kantong plastik seberat delapan kilogram. Kondisi ini memberi signal betapa bahayanya sampah plastik yang dihasilkan manusia.

Setiap tahunnya Indonesia menghasilkan lebih dari 5,6 juta ton plastik yang sebagian besarnya akan berakhir di tempat pembuangan sampah untuk didaur ulang tapi lebih banyak lagi yang terbuang di sungai, terkubur di dalam tanah dan terbawa hingga ke laut lepas. Penelitian majalah science pada tahun 2015 menyebut Indonesia sebagai negara dengan pengolahan sampah terburuk nomor dua setelah China.

Ada beberapa alasan mengapa sampah plastik berbahaya bagi kehidupan kita seperti sifatnya yang sangat sulit terurai di tanah karena mikro organisme sulit mengurai rantai karbonnya yang panjang. Dibutuhkan watu ratusan hingga ribuan tahun untuk mengurainya. Lalu adanya kandungan Polyethylene yang akan mengkontaminasi tanah dan air tempat tumbuhan dan hewan hidup mendapatkan makanan. Racun ini juga bisa masuk dalam tubuh manusia lewat makanan dari konsumsi ikan laut yang tercemar sampah plastik dalam pencernaannya.

Pemerintah Indonesia juga menyadari bahayanya sampah plastik ini. Ujicoba terbatas pemberlakuan platik berbayar pernah diterapkan pada 21 Februari hingga 31 Mei 2016. Saat itu konsumen diharuskan membayar Rp200 untuk setiap plastik yang digunakan. Ujicoba ini berdampak pada turunnya penggunaan tas plastik hingga 50%. Meski begitu pemerintah dalam hal ini Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya, mengakui masih banyak penentangan atas kebijakan tersebut.

Maka dituntut pula peran aktif masyarakat untuk mengurangi penggunaan kantong plastik. Sejumlah komunitas masyarakat pun telah beralih menggunakan tas berbahan kain sebagai pengganti plastik. Belajar dari Kenya, kehadiran negara sangat diperlukan untuk mempercepat mengurangi dampak dari sampah plastik ini.

Ditulis oleh: Syakib 

Kategori
Artikel

Orientasi Tahfizh Al Quran

[vc_row][vc_column][vc_column_text]oleh : Mahfud Fauzi

 

Sejak 10 tahun terakhir ini fenomena gerakan tahfizh menjamur hingga pelosok. Tidak hanya di pesantren tapi juga merembes didin pekantoran melalui majelis taklim, masjid,  sekolah bahkan apa yang dikatakan rumah tahfizh saat ini ikut meramaikan arus peradaban tahfizh di bumi Indonesia.

Fenomena Wisuda akbar yang digelar oleh PPPA Daarul Quran, ODOJ,  Musa, dan maraknya imam muda dengan suara khas mereka, misalnya, menambah semarak dunia tahfizh Indonesia. Sejumlah metode menghafal Al-Qur’an pun hadir dengan sejumlah inovasi kreatifnya.

Prokontra tentang model pendidikan menghafal pasti ada, sebut saja Westwood(1) yang menyatakan bahwa pembelajaran hafalan mendorong siswa berkomitmen terhadap informasi ingatan yang tidak dimengerti dan tidak memiliki nilai fungsional, dimana informasi yang tersimpan tidak mudah diambil dan juga mudah dilupakan. Untuk mengatasi masalah itu, kemudian diprioritaskan lebih penting untuk menerapkan ajaran Alquran dalam konteks kehidupan nyata. Untuk mencapainya, itu perlu agar Tafsir ditambahkan ke kurikulum, agar artinya mudah dipahami.

Berbeda dengan Westwood, Eickelman dalam artikel jurnal Helen N. Boyle mengungkapkan bahwa proses penghafalan al quran adalah menjadi bagian kedisiplinan dan sebuah proses latihan logika dan akal sehingga banyak proses pembelajaran mental yang terlibat.(2)

Perdebatan di atas coba ditengahi oleh Daniel A. Wagner yang menunjukkan bahwa hampir beberapa abad yang lalu penghafalan Al Qur’an itu sebagai langkah awal untuk belajar, tidak serta merta menghalangi pemahaman di kemudian hari. Pembelajaran menghafal harus kredibel diajarkan kepada seorang anak laki-laki di masa kecil yang paling awal, sehingga ia dapat menahannya sepenuhnya dalam ingatan. Setelah itu, maknanya akan terus berangsur-angsur membeberkan makna kepadanya, poin demi poin, saat ia tumbuh lebih tua. Jadi, yang pertama adalah melakukan penyimpanan ke memori; kemudian terjadi pemahaman; kemudian terjadi keyakinan, kepastian dan penerimaan.(3) Terlepas dari polemik diatas, seperti dikutip oleh Sebastian Gunther yang menyitir pendapat Al-Ghazali, baginya, pengetahuan sejati bukanlah sekadar akumulasi fakta yang diingat melainkan ‘cahaya yang membanjiri hati.(4)

Sebuah penelitian menunjukkan orientasi tahfizh Al Quran mengarah kepada 3 dimensi yakni antara kajian, ritual dan pembelajaran:

Pertam,  kajian, pengkaji Al-Qur’an yang memposisikan Al-Qur’an sebagai teks yang mulia namun sekaligus memungkinkan dikaji secara kritis, untuk keperluan menggali kandungan maknanya. Kelompok ini mendudukkan aktifitas perekaman wahyu dalam hati dan pikiran sebagai proses untuk mencapai pemahaman ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an. Kelompok ini mengkaji Al-Qur’an secara kritis, dan dalam batas-batas tertentu melakukan kritik. Mereka terus menggali dan mencari metodologi terbaru dalam memahami Al-Qur’an, termasuk melibatkan teori-teori modern (sastra, bahasa, filsafat, sosiologi, dan lain-lain).

Kedua, ritual, pengkaji Al-Qur’an yang memandang predikat hafizh sebagai prestasi tertinggi. Kelompok ini memposisikan hafal Al-Qur’an sebagai tujuan, tidak lagi proses. Bagi kelompok ini, hafal Al-Qur’an adalah orientasi, target. Tidak ada target lagi setelah menghafal, karena tujuan akhir mereka adalah menghafal Al-Qur’an. Oleh karena itu, wacana yang berkembang di tengah-tengah mereka adalah bagaimana teknik menghafal Al-Qur’an dengan cepat, memiliki hafalan yang kuat, dan lain sebagainya. Tidak terfikirkan oleh mereka, bagaimana metodologi pemahaman Al-Qur’an dalam rangka memecahkan persoalan kontemporer, dan lain sebagainya.

Ketiga, pembelajaran, pengkaji Al-Qur’an yang mendudukkan Al-Qur’an sebagai firman Allah, yang dengan membacanya akan menjadi bentuk ibadah (al-muta’abbad bitilawatihi). Kelompok ini tidak mengkaji Al-Qur’an secara kritis tetapi juga tidak menjadikan ‘hafal Al-Qur’an’ sebagai orientasi. Motivasi utama mereka menghafal Al-Qur’an adalah sebagai bentuk ibadah. Meskipun demikian berdasarkan penuturan para penghafal Al-Qur’an dalam kategori ini yang berhasil oleh peneliti temui, mereka rata-rata menuturkan memiliki pengalaman spiritual. Misalnya, ada sugesti positif akibat dari aktifitas menghafal Al-Qur’an. Mereka merasa mudah dalam menyerap disiplin ilmu lainnya. Pendeknya, dengan menghafal Al-Qur’an mereka merasa ‘tercerahkan’.

Indonesia, sebagai negara yang mendapat limpahan mayoritas muslim terbesar dunia merasa diuntungkan ketika mendapatkan semacam bonus demografi dimana umat muslim sedang mendapat anugerah Qur’an in everyday life untuk mencintai kitab suci melalui menghafal. Harus bangga, namun jangan lantas berpuas diri, karena pergerakan semakin cepat dan dipastikan akan ada banyak pergeseran. Mungkinkah sebuah pegiat, pelaku atau aktifis tahfizh bergerak menuju 3 metode di atas? Wallahu a’lam

 

 

1 Westwood, P. Learning and Learning Difficulties: A Handbook for Teachers. ACER Press.
Australian Council for Educational Research Ltd: Victoria. (2004).
2 Helen N. Boyle. Memorization and Learning in Islamic Schools….. pp. 489
3 See Wagner, “Rediscovering Rote in Helen N. Boyle. Memorization and Learning in Islamic
Schools….pp. 488
4 Gu¨nther, “Be Masters in That You Teach and Continue to Learn in Helen N. Boyle. Memorization and
Learning in Islamic Schools….pp. 488
5 Lihat Ali Romdhoni, Tradisi Hafalan Qur’an di Masyarakat Muslim Indonesia, Journal of Qur’an and
Hadith Studies – Vol. 4, No. 1, (2015): hal. 16

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]

Kategori
Berita kalibata

Rayakan Hari Kartini, KBTK DaQu Gelar Pemilihan Little Caliph

JAKARTA – Kelompok Bermain Taman Kanak-Kanak Daarul Quran (Daqu) Kalibata City mengadakan kegiatan untuk memperingati Hari Kartini.

Mengangkat tema “Be Talented Moslem”, kegiatan tersebut diselenggarakan di Panggung Utama Kalibata City Square pada Sabtu, (23/4/2016) yang lalu.20160503015107

Kepala Biro Fullday Ustadz Sukman menyebutkan, apa yang menjadi mimpi haruslah suatu cita-cita yang bermanfaat untuk orang lain.20160503015121

“Orang tua harus support untuk cita-cita anak-anaknya juga memberikan kesempatan bagi anak untuk mewujudkan mimpinya,” kata Ustadz Sukman dalam sambutannya.

Ustadz Sukman juga menyebutkan, pada kegiatan ini para orang tua siswa-siswi dipertontonkan bakat dan kecerdasan buah hatinya baik secara kognitif, sosial, emosional dan spiritual.

“Dimana, kesemuanya dapat dilihat melalui penampilan yang disuguhkan,” katanya.20160503015121 (1)

Dalam kesempatan ini, digelar juga kegiatan pemilihan DaQu Little Caliph yang merupakan kegiatan pencarian talent terbanyak dari siswa KBTK DaQu KalCit. Yang terpilih sebagai DaQu Little Caliph akan dinobatkan menjadi Duta Sekolah.

Sementara, ada empat kategori yang diperlombakan, yaitu DaQu Little Caliph Toddler, PlayGroup, Kindergarten A dan Kindergarten B.

Uniknya, pemilihan ini langsung diujikan di depan khalayak dengan cara diberikan beberapa pertanyaan dari dewan juri. Sementara, para finalis sebelumnya sudah melalui proses audisi terlebih dahulu.

Kategori
Banyuwangi Berita

12 Pesantren Sambangi Pesantren Tahfidz Daqu Banyuwangi

Pesantren Tahfidz Daqu Banyuwangi, pada Sabtu (16/10/15) kedatangan pimpinan dari 12 Pesantren Tahfidz se-Banyuwangi. Mereka adalah Kyai Halimi Alwi dari Pesantren Pesantren Tahfidz Sumberberas Muncar, Kyai Kamaludiin dari Ponpes Tahfidz Purwoharjo, Kyai M. Solihin dari Rumah Tahfidz Muncar, Kyai Sirojuddin  Pesantren Tahfidz Tegalpare, Kyai Mahmudi dari Kedungrejo, Kyai Imam Syafii dari Purwoharjo, Ustadz Irfan  Kepala Sekolah SMK Muncar, Kyai Muhammadun dari Kedung Gebang, Kyai Munif  Alawi Pesantren Pondok Asem, Kyai Asadih  dari Peangan, dan Kyai Saifuddin dari Curah Krakal.
Salah satu dari mereka menyatakan bahwa tujuan kunjungan ke Pesantren Daqu Banyuwangi selain menjalin silaturahmi juga ingin mengetahui apa dan bagaimana Program Tahfidz Camp yang sedang dijalankan di sini.
“Kami ingin tahu  barangkali bisa kita kerjasamakan,” kata Kyai Halimi Alawi mewakili rekan-rekannya.
Ustadz Hendy Irawan selaku tuan rumah menerangkan, Program Tahfidz Camp diselenggarakan pada akhir Agustus lalu. Pesertanya 11 santri dari Banyuwangi dan sekitarnya.
“Mereka kita karantina di sini untuk fokus menghafal Quran selama 40 hari dengan target tertentu,” tutur Ustadz Hendy Irawan Saleh, pengasuh Pesantren Daqu Banyuwangi.
Ustadz Habib Mustofa selaku Kepala Program Tahfidz  Ponpes Daqu Banyuwangi merasa kaget dan terharu atas kedatangan para pengasuh pesantren para seniornya.
“Saya bersyukur menerima penghormatan ini. Kehadiran Asaatidz sekalian jadi motivasi buat kita agar istiqomah,” kata Ustadz Habib Alhafidz.

Kategori
Berita Lampung

Daqu Lampung Semarakkan Tahun Baru

Suasana car free day di Jalan Raden Inten, Tanjung Karang, Bandar Lampung, Rabu (14/10) semakin meriah dengan kehadiran ratusan bocah usia TK/PAUD hingga SD. Mereka adalah para santri tahfidz Qur’an yang sedang mengikuti lomba mewarnai dengan latar Kampung Qur’an. Para orangtua dan wali santri turut mendampingi anak-anak.

Inilah salah satu kegiatan dalam memperingati Tahun Baru Islam, 1 Muharram 1437 Hijriyah.

Selain mewarnai, kegiatan yang dikemas dalam Festival Anak Sholeh Lampung, itu juga berupa lomba tahfidz cilik.

Ustadz M Idris, Manager PPPA Daqu Lampung, mengatakan, rangkaian kegiatan yang sudah berlangsung sejak 4 Oktober ini bertujuan memberikan motivasi dan pencerahan kepada anak tentang sistem kalender Islam.

‘’Disamping itu juga agar anak-anak  semakin cinta Qur’an dengan membiasakan membacanya,’’ imbuh Idris.

Melalui festival tersebut, para orangtua juga diajak untuk lebih peduli pada pendidikan dan tumbuh-kembang putra-putrinya. ‘’Karena pendidikan anak bukan hanya tanggungjawab sekolah dan guru,’’ tandas Idris.

Masih dalam suasana Tahun Baru Hijriyah, Daarul Quran Lampung bekerjasama dengan Yayasan Ar-Raudah Kemiling Bandar Lampung, mengadakan Mabit dan Dzikir Munajat.

Kegiatan yang berlangsung di halaman TK/SD Ar-Raudah itu akan digelar pada 16-17 Oktober 2015.

Pesertanya sekitar 350 murid kelas 4 hingga 6, disertai para guru dan seratusan walimurid yang sudah mendaftar untuk ikut.

Kategori
Berita Cimanggis

Shigor Putri menguasai wilayah Cempaka Putih Jakarta

Tahun ini LDK FOSKOMI (Forum Studi dan Komunikasi Mahasiswa Islam) Politeknik STMI (Sekolah Tinggi Manajemen Industri) yang berlokasi di Cempaka Putih Jakarta Pusat mengadakan acara bertajuk Foskomi Fair dengan tema “Smart Way With Religious Life“ selain tabligh akbar, seminar kemuslimahan. Juga ada berbagai lomba seperti Lonba Essay, Lomba Adzan dan Lomba MTQ

Untuk Lomba MTQ ini dikhususkan bagi siswa/i yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Lomba MTQ kali  ini mengusung tema LISAN (lantunan indah ayat suci Al-Quran). Lomba MTQ tanggal 12 Oktober 2015 di Aula Gedung A lantai Tujuh Kampus Politeknik STMI.

Pesantren Tahfidz DQ Sighor Putri Cimanggis mengirmkan 5 anak santrinya,
Syifa Sakhia Safira kls 2, Binta Ummu Habibatuzzahra kls 3, Azkiya Najwa Fadhilah kls 4, Mawaddah Alhamd kls 5, dan Fitria Novananda kls 6.

Dalam lomba tersebut juri memberikan surah dari juz 1-30 dengan penilaian
Penguasaan Tajwid
Intonasi dan Makhrojul Huruf. Alhamdulillah dari 5 yang ikut lomba, dua santri meraih juara satu dan dua. Binta Ummu Habibatuzzahra juara satu dan yang menjadi juara kedua Fitria Novananda.

Ustadz Agus Jumadi yang menjadi Pengasuh Pesantren Tahfidz DQ Sighor Putri Cimanggis mengatakan, bahwa kemenangan ini memang menjadi kebanggaan tersendiri buat kami, tapi yang lebih penting lagi adalah ini menjadi salah satu dakwah Qur’an juga mengajarkan keberanian para santri untuk tampil dalam lomba. Semoga ini juga menjadi inspirasi dan motivasi untuk santri-santri lainnya. Terima kasih untuk santri yang ikut lomba dan selamat buat yang jadi juara.

Kategori
Berita Pusat

Apapun Peluangnya, Ambil!

Ratusan anak santri Shigor Putra berduyun-duyun menyambut kedatangan Ustadz Yusuf Mansur pada Jumat (9/10). Usai shalat isya Ustadz kemudian langsung menuju pesantren shigor di Ketapang, Tangerang yang merupakan pesantren setingkat SD khusus putra

Sesampainya di asrama, gema takbir menggema mengurai keheningan malam  disertai dengan sorak sorai yang penuh dengan keakraban dan keceriaan. Suasana malam itu begitu ramai, ceria dan terlihat kebahagiaan yang terpancar di wajah para santri. “Takbir… Allahu akbar ! Allahu akbar ! Demikianlah teriakan takbir para santri.

Apa kabar pada sehat anak-anak semua?” Sapa Ustadz pada santri.  Pada kangen bapak/ibu di rumah gak? Pasti kangen ya, insyallah kita doakan semoga orangtua kalian disehatkan dikuatkan serta diberi rizki yang berlimpah oleh Allah, bukan kah kalian semua setiap saat berdoa buat bpk/ibu kalian?. Tanyanya lagi. Amiiiiiiin ya Allah” jawab santri mengamini Ustadz Yusuf.

Selama bersama santri, ayah, begitu panggilan santri pada ustadz Yusuf Mansur, yang selanjutnya memberikan tausiyah dan motivasi yang luar biasa kepada para santri

” Ingat, siapa yang bisa jawab pertanyaan ustadz hayo ngacung?” Tanyanya dengan seru. Santri terdiam dan sedikit malu serta segan. Namun setelah dijelaskan detail oleh Ustadz akhirnya santri teriak menggairahkan.

” kalau ayah bilang siapa yang mau ngacung, maka tugas kalian ngacung aja langsung, kan gratis, gak usah bayar, kalau salah gak di apa apain juga kan? Belum apa apa udah down duluan; belum apa apa udah gak semangat; artinya disetiap kapan saja waktunya jika ada peluang maka langsung aja tangkap, masalah yang lainmah gimana nanti aja, bismillah deh” tegas  ayah kepada santri memberi motivasi yang mengasyikkan.

Tak lama ketika ustadz yusuf meminta siapa yang hafal 30 juz? Sontak saja semua santri pada langsung ngacung walaupun belum pada hafal.

“Alhamdulillah anak anak kami semangat, tegar pada rajin, Masya Allah ustadz benar2 bangga sama anak2, semoga kelak jadi orang besar dan manfaat ilmunya amiin”  sambut Kupmin Rambe ustadz yang juga sebagai pengasuh Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an Shigor