Kategori
Akhlak Berita Kegiatan KH. Yusuf Mansur

Meneladani Akhlak Rasulullah SAW

Muslimah Daarul Qur’an (Musdaqu) memperingati Mulid Nabi Muhammad SAW. Acara tersebut dilaksnakan di Rumah Putih, Kampung Ketapang, pada Rabu, (20/11) ba’da Ashar. Peringatan Maulid Nabi Muhammd SAW tersebut diisi dengan acara pembacaan tahlil, rawi, serta tausiyah yang disampaikan oleh Ustadz Hendy Irawan Saleh.

Dipandu oleh Ustadzah Tita, acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Alquran oleh putri kedua KH Yusuf Mansur, Qumii Rahmatal Qulub. Ibunda Qumii, Hj. Siti Maemunah, turut menghadiri acara dan memimpin pembacaan tahlil. Pembacaan sholawat diiringi kepakan rebana membuat suasana semakin syahdu. Pukul setengah lima sore, Ustadz Hendy sudah menempati kursinya untuk menyampaikan tausiyah. Kali ini beliau menjelaskan surat Muhammad ayat 1 dan 2.

Pada ayat pertama Allah SWT menjelaskan bahwa makhluk yang mengingkari perintah-Nya akan menemui jalan yang sesat. Hal tersebut juga menimpa umat Rasulullah SAW. Namun, solusi dari semua itu langsung Allah SWT sampaikan pada ayat selanjutnya. “Solusinya untuk semua manusia juga, hanya ada 3. Yang pertama kembali beriman kepada Allah SWT, kemudian mengerjakan kebajikan, dan yang terakhir beriman kepada apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yakni Alquran dan Hadits”, ungkap Udstadz Hendy.

Rasulullah SAW sangat cinta kepada umatnya. Suatu ketika malaikat Jibril turun untuk menyampaikan ayat mengenai neraka. Rasulullah bertanya, “Wahai Jibril, siapa saja penghuni neraka itu?”. Jibril menjawab, “sebagian dari umatmu juga termasuk di dalamnya wahai Rasulullah”. Seketika Rasulullah SAW pingsan.

Ustadz Hendy menceritakan beberapa kisah mengenai akhlak Rasulullah SAW. Rasulullah SAW sangat menghargai orang yang bekerja dengan cara yang halal. Rasul pernah mencium tangan kasar seorang penghancur batu lalu bersabda, “sesungguhnya Nabi Daud tidak pernah makan selain dari buah tangannya”. Rasulullah juga mencontohkan bahwa kita harus mendahulukan kebutuhan orang-orang yang ada dalam tanggungan kita. Susu yang tersedia di rumah beliau sudah hampir habis diminum oleh para Sufi dari Kota asal Abu Hurairah. Selanjutnya rasul memerintahkan Abu Hurairah untuk meminumnya. Dengan kuasa Allah SWT susu tersebut tidak habis sementara Abu Hurairah sudah merasa tak kuat lagi.

Ustadz Hendy juga menceritakan bahwa Rasulullah SAW sangat dicintai oleh semua orang. Namun, setelah beliau resmi menjadi rasul mulai banyak yang memusuhi akibat larangan Allah SWT yang beliau sampaikan. Itu merupakan bukti bahwa Rasulullah SAW taat kepada Allah SWT bagaimanapun kondisinya. “Perjalanan Rasulullah tidak serta merta heroik terus, tak seperti yang kita bayangkan. Suka duka yang beliau lewati merupakan bentuk kecintaan beliau pada umatnya”, ujar Ustadz Hendy. Meneladani akhlak Rasulullah SAW merupakan bentuk kecintaan kita kepadanya serta menghindari kita termasuk dalam golongan orang yang sesat.

Kategori
Amalan Artikel

Panduan Muslim Menghadapi Harbolnas

Setiap  kita tentunya pernah merasakan berbelanja, baik yang konvensional maupun online. Perkembangan teknologi telah banyak mengubah gaya kita dalam berbelanja. Bila sebelumnya untuk mendapatkan sesuatu kita dituntut beranjak, berangkat dan menuju ke tempat yang menjual tersebut, kini bisa selesai dengan menjentikkan jemari di layar smartphone kita.

Banyaknya aplikasi belanja online juga semakin memanjakan setiap individu untuk membeli barang sesuai dengan model, harga, dan waktu pengirimannya. Hingga kemudian kebiasaan ini dilihat sebagai peluang oleh sebagian pelaku bisnis online untuk melakukan great sale secara besar-besaran.

Bukan hanya pasar online, yang bersifat konvensional seperti pasar ataupun mall juga sedang gencar-gencarnya memberikan diskon hingga reward yang beragam. Momen ini juga didukung dengan cairnya gaji ke 13 yang menjadi peraturan resmi pemerintah dan sudah diberlakukan oleh banyak perusahaan dan lembaga. Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) pun menjadi yang ditunggu di akhir tahun. Tercatat pada tahun 2016 lalu 61 persen pengguna internet Indonesia melakukan transaksi online di 211 e-commerce.

Sayangnya banyak dari kita yang melakukan transaksi hanya tergiur iming-iming turun harga yang ditawarkan dibandingkan dengan kebutuhan yang diperlukan. Muslim yang smart adalah yang pandai mengambil momentum terbaik guna beramal soleh. Visi akhirat harus terus disertai dalam aktivitas duniawi termasuk dalam bisnis. Ajaran Islam melalui sunnah Nabi Muhammad SAW banyak menjelaskan tentang perilaku belanja konsumen dalam kondisi tertentu, dari sini seorang muslim seyogyanya berbelanja lebih arif dalam menyikapi harbolnas yang setiap waktu bisa berlangsung.

Berikut panduannya. :

1. Membaca Doa.

Sebelum kita memasuki pasar baik online ataupun offline baiknya didahului dengan membaca doa. Agar kita terlindung dari segala hal yang tidak menguntungkan bagi kita dan keluarga. Adapun doa masuk pasar adalah :

Dari ‘Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa yang masuk pasar kemudian membaca (zikir): “Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu, yuhyii wa yumiit, wa huwa hayyun laa ya yamuut, bi yadihil khoir, wa huwa ‘ala kulli sya-in qodiir” [Tiada sembahan yang benar kecuali Allah semata dan tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nyalah segala kerajaan/kekuasaan dan bagi-Nya segala pujian, Dialah yang menghidupkan dan mematikan, Dialah yang maha hidup dan tidak pernah mati, ditangan-Nyalah segala kebaikan, dan Dia maha mampu atas segala sesuatu]”, maka allah akan menuliskan baginya satu juta kebaikan, menghapuskan darinya satu juta kesalahan, dan meninggikannya satu juta derajat – dalam riwayat lain: dan membangunkan untuknya sebuah rumah di surga –

(HR. At-Tirmidzi 5/291, Al-Hakim 1/538 dan Ibnu Majah 2235. Al-Albani menyatakan, hadits tersebut hasan dalam Shahih Ibnu Majah 2/21 dan Shahih At-Tirmidzi 2/152.)

2. Belanja sebatas kebutuhan bukan keinginan.

Kebutuhan ada yang bersifat harian, mingguan dan bulanan. Sebaiknya sebelum menentukan akan berbelanja dilihat lagi apakah masuk kategori kebutuhan atau hanya sekedar keinginan. Bisa jadi karena melihat iklan yang bagus, harga menarik akhirnya kita ingin membelinya. Padahal tidak menjadi kebutuhan.
Seorang mu’min tentunya memikirkan hanya hal yang berguna saja yang diambil dan meninggalkan hal-hal yang tidak berguna.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara tanda kebaikan keIslaman seseorang: jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 2318 dan yang lainnya)

Ini juga sebagai salah satu cara agar tidak melakukan kemubaziran. Karena kumubadziran adalah hal yang yang dekat dengan kekufuran.

 

3. Berbagi informasi yang bermanfaat.

Jika dalam hal belanja online ini ada hal yang bisa lebih bermanfaat untuk orang lain bisa juga kita berbagi informasi. Terkait produk yang bagus, harga sesuai dan proses pengiriman yang cepat. Karena boleh jadi ada sahabat kita yang sedang membutuhkan suatu barang namun belum menemukan toko daring yang menjualnya dan atau harga yang belum cocok. Hal demikian juga menjadi kesempatan dan dalam berbagi kebaikan.

4. Berbelanja untuk orang lain. Spirit berbagi.

Tidak ada salahnya jika saat membeli barang kita juga memikirkan saudara yang ada di sekitar kita. Semisal saat membeli paket alat sekolah untuk putra-putri kita, kita juga membelikan untuk anak-anak saudara kita yang kekurangan.  Insya Allah kebaikan berbagi akan dilipatgandakan pahalanya dan diluaskan rezekinya.

Selamat menjalani Harbolnas, semoga apapun yang kita kerjakan diniatkan untuk ibadah dan kelak mendapat catatan kebajikan dari Allah SWT.

 

Ditulis oleh: Ustad Hendy Irawan Saleh, Kepala Biro Kominfo Daarul Qur’an

Kategori
Akhlak Artikel

BELAJAR UJIAN HIDUP DARI GENTENG

Oleh: Asep Abdurrahman
Asatidz  SMP Daarul Qur’an Internasional  Tangerang

Genteng. Semua pasti mengenalnya. Benda yang terbuat dari tanah merah ini akan melindungi kita dari terik matahari dan jatuhnya air hujan serta memberikan kenyamanan lain di dalam rumah. Meski terlihat kotor dan kadang ditempatkan disembarang tempat namun jika kita mau perhatikan lebih jauh akan banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari prosesnya terbentuknya sebuah genteng.

Pertama: bahan pembuatan genteng. Genteng yang baik adalah genteng yang bahan dasarnya benar-benar mempunyai kualitas tanah yang baik sehingga pengambilan tanah diambil dari kedalaman  25 centimeter dari permukaan tanah dan itu pun tidak boleh melebihi kedalaman satu meter supaya tidak merusak lingkungan.

Kedua: pembersihan tanah dari material-material pengotor seperti batu, plastik, sampah dll. Setelah cukup bersih baru kemudian diaduk menggunakan campuran air sampai tekstur tanah menyatu saling menguatkan tanpa ada rongga udara di dalamnya.

Ketiga: penggilingan. Bertujuan untuk memperoleh tanah yang homogen dengan partikel-partikel yang lebih halus merata.

Keempat: Pencetakan genteng. Pencetakan genteng dilakukan dengan cara memasukan keweh kedalam mesin cetak press ulir. Sebelum dimasukan, pipihkan dulu keweh dengan cara dipukul-pukul dengan kayu atau dikenal dengan gebleg. Tujuan dari gebleg adalah untuk mendapatkan keweh yang padat dan juga sesuai dengan ukuran mesin press.

Kelima: pengeringan. Ada beberapa tahap yang harus dilewati dalam proses pengeringan genteng. Yang pertama adalah proses pengeringan dengan cara diangin-anginkan. Dimana genteng hasil pengepressan diletakan di dalam rak dalam waktu 2 hari. Dan yang kedua dengan cara dijemur di bawah terik matahari selama kurang lebih 8 jam.

Keenam: Pembakaran. Pembakaran ditungku besar dengan suhu konstan sekitar 900 derajat celcius.

Ketujuah atau terakhir: Pensortiran genteng. Genteng yang sudah dibakar dibawah suhu 900 derajat kemudian dikeluarkan dari tungku besar lalu dipilih mana yang baik dan mana yang mengalami kerusakan. Setelah itu yang baik dipasarkan untuk menaungi atap rumah (dilansir dari www.pabrik-genteng.com).
Itulah proses pembuatan genteng dari mulai pemilihan tanah sampai dengan pembakaran dan pensortiran, semua mengandung bahan renungan hidup untuk kita semua. Ketika genteng lulus ujian maka genteng itu disimpan di tempat yang tertinggi. Bahkan ketika sudah menduduki tempat yang tinggi pun, genteng masih terus diuji dari panasnya terik matahari, hembusan angin kencang, gemercik hujan mengguyur dan sesekali badai yang menyapu, memporak-porandakan genteng menjadi berkeping keping yang tidak layak lagi menjadi pelindung rumah.
Sebagaimana firman Allah SWT dari QS. Al-‘Ankabut ayat 2-3 “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”.
Insan Beriman Harus diuji

Allah SWT berfirman: Aha-siba al-nâs an yutrakû an yaqûlû âmannâ wahum lâ yuftanûn (apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: “Kami telah beriman” sedang mereka tidak diuji lagi?. Ada beberapa riwayat mengenai sabab al-nuzûl ayat ini. Meskipun demikian, ayat ini tidak hanya berlaku untuk mereka. Sebab, kata al-nâs memberikan makna umum yang berarti meliputi seluruh manusia.

Kata hasiba dalam ayat ini bermakna zhanna (menduga, mengira). Sedangkan huruf hamzah di depannya merupakan istifhâm (kata tanya). Ibnu Katsir dan Sihabuddin al-Alusi menyimpulkan bahwa istifhâm dalam ayat ini bermakna inkâri (pengingkaran). Bisa juga, sebagaimana dinyatakan al-Syaukani, bermakna li al-taqrî’ wa al-tawbîkh (celaan dan teguran). Artinya, mereka tidak dibiarkan begitu saja mengatakan telah beriman tanpa diuji dan dicoba seperti yang mereka kira. Mereka benar-benar akan diuji untuk membuktikan kebenaran pengakuan iman mereka.

Kata yuftanûn berasal dari kata al-fitnah. Ada beberapa pengertian yang diberikan oleh para mufassir mengenai kata tersebut. Mujahid, sebagaimana dikutip Ibnu Jarir, memaknainya lâ yuftanûn sebagai lâ yubtalûn (mereka diuji). Menurut al-Nasafi, pengertian al-fitnah di sini adalah al-imtihân (ujian) yang berupa taklif-taklif hukum yang berat, seperti kewajiban meninggalkan tanah air dan berjihad melawan musuh; melaksanakan seluruh ketaatan dan meninggalkan syahwat; ditimpa kemiskinan, paceklik, dan berbagai musibah yang melibatkan jiwa dan harta; dan bersabar menghadapi kaum kafir dengan berbagai makar mereka.

Jika dikaitkan dengan nash lainnya, ujian yang diberikan Allah SWT itu tidak selalu dalam bentuk yang berat dan dibenci. Ada juga ujian yang menyenang-kan sebagiamana dalam firman-Nya: Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebenar-benarnya (QS al-Anbiya’ [21]: 35).

Semua ujian itu berfungsi untuk membuktikan kebenaran iman seseorang. Dijelaskan Ibnu Katsir bahwa ujian yang diberikan itu sesuai dengan kadar keimanan pelakunya. Nabi SAW bersabda: Manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian berikutnya dan berikutnya. Seseorang dicoba sesuai dengan (kadar) agamanya. Ketika dia tetap tegar, maka ditingkatkan cobaannya (HR al-Tirmidzi).
Menurut Ibnu Katsir ayat ini sejalan dengan beberapa ayat lainnya, seperti firman Allah SWT: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar (QS Ali Imran [3]: 142). Juga QS al-Baqarah [2]: 214.

Selayak manusia beriman pasti Allah SWT akan menghadirkan ujian hidup sebagaimana ibrah yang ada dalam genteng tersebut. Maka bergembiralah bagi sahabat-sahabat semua yang sedang diuji, niscaya Allah SWT akan menempatkan kita ke tempat yang tinggi disisiNya. Mungkin sahabat semua ada yang sedang diuji dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan makanan pokok, anak-anak yang belum nurut atas perintah orangtuanya, Guru yang kurang dihargai oleh anak didiknya, tetangga yang menyakiti, pemimpin yang kurang adil, anak didik yang kurang nurut sama gurunya, dan lain sebagainya tetapi yakinlah itu semua adalah salahsatu jalan Allah SWT untuk meninggikan derajat kita disisiNya.Aamiin…

Daftar Bacaan
Al Hasyim, Sayid Ahmad. Tt. Mukhtarol Hadist.Semarang: CV Toha Putra.
ad-Dimasyqi, Maduddin Ismail bin Umar bin Katsir al-Qurasyi al-Bushrawi.2006. Tafsir Ibnu Katsir. Terjemah: Abdullah Bin Muhammad. Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i.

WhatsApp Image 2017-04-22 at 08.41.56

Kategori
Akhlak Artikel Berita

Manajemen Senyum ala Ustadz Benny

“Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.”  Demikian Rasulullah saw bersabda sebagaimana disampaikan oleh Imam At-Tirmidzi dalam sahihnya. Namun lebih jauh dari itu senyum memiliki banyak manfaat terutama dalam budaya sebuah perusahaan.

“Maka itu jadikan senyum sebagai salah satu senjata dalam membangun budaya perusahaan yang sehat” ujar ustadz Benny Al Farisi, S.Pd, M.M saat memberikan workhsop bertema “Manajemen Senyum” kepada seluruh SDM SD Daarul Qur’an Kalibata, Sabtu (18/3).

Workshop ini adalah bagian awal dari solusi masalah dalam upaya meningkatkan kualitas SDM dan pelayanan di Daarul Qur’an Kalibata.

“Kita sebagai pekerja harus fokus pada peningkatan produktivitas. Insya Allah ketika produktivitas meningkat, maka tidak bisa dipungkiri penghasilan pun berbanding lurus dengan produktivitas” ujarnya.

“ Kalaulah gaji kita 5 juta, namun kita bekerja seperti orang yang layaknya bergaji 10 juta, yakinlah bahwa Allah swt akan memberikan kekurangannya dengan cara-Nya untuk kita. Namun sebaliknya, bila gaji kita 10 juta, namun kita bekerja seperti orang yang layaknya bergaji 5 juta, maka Allah akan ambil kelebihannya dengan cara-Nya sendiri” tambah ustadz Benny.

Ia pun memberikan logika kalau ada orangtua yang datang ingin komplain kepada Kepala Sekolah, namun saat memasuki gerbang sekolah disambut dengan senyuman ramah penuh kelembutan dari satpam sekolah, komplainannya boleh jadi berkurang 10 persen. Kemudian masuk kedalam lingkungan sekolah, bertemu dengan guru piket yang juga tersenyum ramah, berkurang lagi 10 persen. Selanjutnya dilorong kelas menuju ruang kepala sekolah, bertemu kembali dengan karyawan yang tersenyum ramah, berkurang kembali 10 persen. Bisa jadi ketika sampai di ruang kepala sekolah, yang tadinya ingin komplain, karena melihat senyuman, keramahan dan kelembutan guru dan karyawan, nggak jadi komplain.

Workshop ini diisi dengan beberapa simulasi dengan insight yang berguna dan bermanfaat bagi peningkatan kualitas SDM Daarul Qur’an.

Senyum mengembang nampak terlihat dari seluruh peserta yang berasal dari Shibyan, Kelompok Bermain, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar Daarul Qur’an baik yang di kalibata maupun yang di tebet selama kegiatan ini berlangsung.

qwert poiuytr bngfdr asdf

Kategori
Akhlak Berita Pesantren

Pendidikan Karakter itu Pesantren

Oleh : Mahfud Fauzi
Staf Biro Dakwah Pesantren Tahfizh Daarul Quran

 
Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 9-10) mengidentifikasi 18 nilai pendidikan karakter sebagai berikut: Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokrasi, Rasa ingin tahu, Semangat kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi, Bersahabat dan kumunikatif, Cinta damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli social, Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Ketika anak-anak sekolah hobi tawuran hingga baku bunuh; di saat anak-anak remaja kecanduan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba); manakala kasus perkosaan biasa menimpa remaja wanita bahkan anak-anak dibawah umur, orang lalu bertanya salah siapa? Jika orang mencari kesalahan tuduhan pertama tentu mengarah pada pendidikan sekolah. Tapi pihak sekolah pasti akan mengkritik pendidikan orang tua. Orang tua pun merasa tidak berdaya melawan pengaruh kehidupan masyarakat yang rusak. Seperti sebuah lingkaran, orang tidak segera menemukan sebab awalnya.
Akhirnya, solusi yang ditawarkan adalah pendidikan karakter (character education) yang dibebankan ke pundak sekolah. Di Amerika pendidikan ini sebenarnya bukan hal baru. Sebelum terjadi huru-hara kekerasan di sekolah-sekolah Amerika, Horce Mann, tokoh pendidikan Amerika, sudah mendukung dan mengarahkan adanya program pendidikan karakter di sekolah. Tapi ia bersama tokoh pendidikan abad 20 ragu pendidikan karakter ini akan mengarah pada pendidikan moral. Sebab moral biasanya dikaitkan dengan keluarga dan gereja.

Menurut Vessels, G. G  untuk pencegahan dekadensi moral (Character and community development: A school lanning and teacher training handbook, 1998,  hal.5). Tapi menurut Beach, W dan Lickona, T., ini bukan hanya mencegah tapi sudah harus memperbaiki moral yang sudah merosot. (Lihat Beach, W. Ethical education in American public schools. Lickona, T. (1991). Educating for character: How our schools can teach respect and responsibility).

Tokoh pendidikan Azyumardi Azra menjelaskan, bahwa kini di pondok pesantren tidak hanya ditemukan pendidikan agama seperti madrasah, tapi juga sekolah umum, bahkan beberapa juga memiliki sekolah untuk kejuruan. Bahkan beberapa juga memiliki lembaga ekonomi dan kesehatan sendiri “Pesantren itu sekarang menjadi ‘Holding Institution’, mulai yang murni agama, maupun yang bersifat umum, di bawah Kemendikbud,” ujarnya dalam The Jakarta Workshop on Promoting Cross Cultural Educational Exchanges in ASEAN, di Hotel Sari Pan Pacific, Thamrin, Jakarta Pusat, Senin, 28 November 2016.

Sekolah dan pesantren pasti berbeda secara kelembagaan. Sama-sama bergerak dibidang pendidikan dan ikut memajukan dalam mencerdaskan bangsa. Beda kurikulum, metode, aktifitas dan waktunya jika pesantren 24 jam dan sekolah hanya maksimal 8 jam.  Dari analisa ini dapat dikerucutkan bahwa dalam rangka membentuk sebuah karakter bangsa melalui wilayah pendidikan maka lebih pantas jika lembaga yang bernaung seperti pesantren itu layak dan bahkan menjadi lumbung dan tempatnya pembangunan karakter bangsa, jauh sebelum lembaga sekolah itu terbangun di bumi nusantara. Implementasi pembentukan pendidikan karakter di sekolah rasanya masih menjadi sebatas kajian dan pembahasan, betapa tidak, karena keterbatasan waktu dan lingkungan yang tidak mendukung. Semenatra, di pesantren ditunjang penuh oleh dukungan waktu Betapa tidak, pendidikan yang di gembleng sejak bangun tidur hingga bangun tidur kembali ini sangat memungkinkan peserta didik dapat melakukan sebuah perubahan besar menuju karakter yang di harapkan. Maka, daripada hanya anak kita sekolah saja, lebih baik langsung plus di pesantrenkan yang di dalamnya akan mendapatkan semuanya. Dengan kata lain secara tidak berlebihan, maka kaidahnya adalah Pedidikan Karakter itu ya Pesantren.

Wallahu a’lam

fregreg

Kategori
Akhlak Berita Pesantren

Membentuk Karakter Sejak Dini

Oleh : Lalan Sholahuddin, S.Ag

 

Membentuk anak yang berkarakter bukan suatu upaya mudah dan cepat. Hal tersebut memerlukan upaya terus menerus dan refleksi mendalam untuk membuat rentetan keputusan moral yang harus ditindak lanjuti dengan aksi nyata, sehingga menjadi hal yang praktis dan reflektif. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi kebiasaan dan membentuk watak atau tabiat seseorang.

Pemahaman yang baik merupakan titik awal yang harus dikenalkan sehingga anak tahu apa, mengapa dan manfaat apa yang akan dilakukan (Moral Knowing). Dilanjutkan dengan membangun kecintaan berprilaku baik yang akan menjadi sumber energi untuk berprilaku baik (moral feeling). Ketika sudah terbangun kecintaan maka yang harus dilakukan adalah mengulang ulang prilaku baik tersebut sehingga menjadi moral behavior.

Beberapa hal cara yang dapat membentuk karakter anak diantaranya lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga lingkungan ini merupakan cara mudah dalam membentuk karakter anak. Berikut tahapan dalam proses pembentukan karakter anak :

1. Pengenalan
Pengenalan merupakan tahap pertama dalam proses pembentukan karakter. Untuk seorang anak, dia mulai mengenal berbagai karakter yang baik melalui lingkungan keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan pertama tempat anak belajar dan membentuk kepribadiannya sejak kecil. Pemahaman
Tahap pemahaman berlangsung setelah tahap pengenalan. Setelah anak mengenal dan melihat orang tuanya selalu disiplin dan tepat waktu, bangun pagi pukul lima, selalu sarapan setiap pagi, berangkat ke sekolah atau kerja tepat waktu, pulang sekolah atau kerja tepat waktu, dan shalat lima waktu sehari dengan waktu yang tepat dan sebagainya, maka anak akan mencoba berpikir dan bertanya, “Mengapa kita harus melakukan semuanya dengan baik dan tepat waktu?” Setelah anak bertanya mengenai kebiasaan orang tuanya, kemudian orang tuanya menjelaskan, “Apabila kita melakukan sesuatu dengan tepat waktu maka berarti kita menghargai waktu yang kita miliki, kita akan diberi kepercayaan oleh orang lain, dapat diandalkan, dan tidak akan mengecewakan orang lain.

2. Penerapan
Melalui pemahaman yang telah ia dapatkan dari orang tuanya maka si anak akan mencoba menerapkan dan mengimplementasikan hal-hal yang telah diajarkan oleh orang tuanya. Pada awalnya anak hanya sekedar melaksanakan dan meniru kebiasaan orang tuanya. Anak belum menyadari dan memahami bentuk karakter apa yang ia terapkan.

3. Pengulangan/Pembiasaan
Didasari oleh pemahaman dan penerapan yang secara bertahap ia lakukan, maka secara tidak langsung si anak akan terbiasa dengan kedisiplinan yang diajarkan oleh orang tuanya. Setelah setiap hari dia melakukan hal tersebut hal itu akan menjadi kebiasaan yang sudah biasa ia lakukan bahkan sampai besar nanti. Pembiasaan ini juga harus diimbangi dengan konsistensi kebiasaan orang tua. Apabila orang tua tidak konsisten dalam mengajarkan pembiasaan, maka anak juga akan melakukannya dengan setengah-setengah. Apabila anak sudah tebiasa, maka hal apapun jika tidak ia lakukan dengan tepat waktu maka dalam hatinya ia akan merasakan kegelisahan.

4. Pembudayaan
Apabila kebiasaan baik dilakukan berulang-ulang setiap hari maka hal ini akan membudaya menjadi karakter.

5. Internalisasi
Tahap terakhir adalah internalisasi menjadi karakter. Sumber motivasi untuk melakukan respon adalah dari dalam hati nurani. Karakter ini akan semakin kuat apabila didukung oleh suatu ideology atau believe.

Mudah mudahan dengan tahapan ini bisa lebih mudah membentuk karakter anak. Oleh karena itu, kita sebagai orangtua hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang.

Kategori
Akhlak Artikel Berita

4 hal penting dalam mendidik anak

Oleh : Ahmad syamsudin, S. Pd. I (Kepala bidang TK fullday)

 

Setiap kita para orang tua pastinya menginginkan punya anak yang shalih, cerdas, patuh terhadap orang tua, kreatif dan lain sebagainya. Tapi banyak diantara kita bingung bagaimana memulainya, berikut ini bebepa hal yang perlu diperhatikan oleh kita diantaranya yaitu :

1. Komunikasi
Banyak diantara kita sering sekali menyepelekan masalah komunikasi padahal ini adalah hal yang sangat penting bagi kita dalam mengembangkan kecerdasan jamak yang dimiliki anak, serta pertumbuhan emosional anak kita. Misalnya orang tua baiknya menghindari 12 bahasa populer yang sering membuat anak kita justru tidak dapat berkembang secara maksimal contoh sering kali kita orang tua membandingkan antara anak yang satu dengan anak yang lain sehingga anak merasa tidak dihargai ketika mereka sering dibandingkan. Karena itu anak- anak tidak akan pernah belajar mengunakan kata-kata kecuali mereka mendengar dari orang tua  dan lingkungan sekitar.
Beberapa tekhnik komunikasi dengan anak ;
a. Tidak berbicara tergesa-gesa
b. Memahami bahasa tubuh anak
c. Mendengarkan perasaan anak
d. Menghindari 12 gaya Populer
e. Mendengarkan Aktif
f. Tentukan masalah siapa
g. Gunakan Pesan Saya

2. Mengenalkan anak aturan disetiap kegiatan
Anak –anak sejak dini perlu kita kenalkan dengan yang namanya aturan agar ia dapat mengendalikan dirinya disetiap saat, contoh apa yang harus dilakukan ketika anak mau makan, pertama anak diskusi kira-kira kalau kita mau makan apa ya yang seharusnya kita lakukan, maka biasanya anak akan mulai berfikir dan kita bisa menstimulasinya dengan cerita tentang adab makan, yang didalamnya mencertikan tentang aktifitas sebelum makan dan sesudah makan sehingga anak-anak memiliki gambaran bahwa ternyata sebelum makan itu  ada aktivitas cuci tangan, berdoa, menggunakan tangan kanan, dan makan sesuai porsinya tidak berlebihan. Ketika anak-anak sudah mengenal aturan maka akan sangat mudah bagi orang tua untuk mengingatkan anak ketika mereka lupa akan aturan.

3. Rule model
Anak adalah peniru yang sangat ulung maka itu, kita selaku orang tua harus sangat hati-hati sekali dalam bersikap dan bertingkah laku karena semua gerak gerik kita akan terekam oleh anak kita, untuk itu anak kita membutuhkan rule model  atau qudwah yang baik dari orang tua dan lingkungan sekitar, karena untuk mendidik generasi hebat diperlukan orang sekampung bahkan lebih . ada sebuah kisah menarik  yang ingin penulis sampaikan di sebuah desa yang terkenal tanahnya sangat subur  memilki areal sawah yang sangat luas, seringkali diadakan festifal hasil panen padi yang terbaik, dan uniknya pemenangnya selalu bisa ditebak  yaitu seorang petani yang sangat dermawan senang berbagi hasil panen atau bibit padi yang baik kepada para petani disekitarnya, karena seringnya ia memenangkan festifal tersebut ada seseorang dari desa tetangga bertanya apa resep rahasia sehingga hampir setiap tahun padinya menjadi padi yang terbaik, pertanyaanya yang kedua kenapa ia selalu membagikan bibit terbaiknya kepada para petani disekitarnya ? apakah ia tidak takut kalau nanti padi mereka  akan mengalahkan padi pak tani? Kemudian jawab sang petani dengah penuh senyum ‘’justru dengan berbagi itulah hasil panen saya selalu menjadi yang terbaik,’’
“loh kok bisa’’ kata sipenanya semakin heran, akhirnya petani pun menjelaskan bahwa padi itu proses pembuahannya salah satunya dengan bantuan angin, nah ketika sawah disekitar milik pa Tani tadi semuanya menggunakan  bibit unggul yang sama yang ia miliki maka ketika angin bertiup dari arah manapun maka bibit unggullah yang datang ke sawahnya pa tani. Inti dari cerita ini adalah bahwa lingkungan baik yang kita ciptakan di rumah kita saja tidak cukup, kalau tetangga kanan kiri kita juga tidak kita stimulasi menjadi lingkungan yang kondusif sehingg ketika anak kita bermain dirumah tetangga kita anak kita pun tetap mendapatkan lingkungan yang positif.

4. Reward and punishmant
Seringkali kita orang tua tidak memberikan penghargaan kepada anak kita sendiri ketika kita melihat atau mendapatkan anak kita melakukan sebuah kebaikan yang jarang ia lakukan. Reward itu tidak selalu dalam bentuk barang, penghargaan sikap kita juga termasuk reward yang selalu ditunggu uleh anak-anak kita juga . Contoh sebut saja  Ica suatu ketika  membereskan tempat tidurnya pada saat yang bersamaan sang ibu melihat, bukannya memberikan pujian tapi malahan sebaliknya berkata “hemm tumben nih anak ibu beres-beres biasanya ditinggal gitu aja kamarnya’’ akhirnya si anak yang tadinya sudah semangat mendengar kata-kata ibunya jadi malas kembali karena menganggap apa yang dilakukannya tidak berdampak apa-apa,  meskipun sebenarnya maksud si Ibu itu sangat senang tapi salah memilih kata-kata justru malah sebaliknya. Lain halnya jika yang ibu lakukan justru memberikan penghargaan dengan kata-kata “Wueeh keren nih anak bunda, sudah bersih-bersih teruskan ya bunda seneng baget nih ‘’ maka yang terjadi anak akan senang karena merasa dihargai.

Seandainya 4 hal ini dapat kita lakukan dengan baik maka insya Allah anak-anak kita akan menjadi generasi yang dapat menghargai orang lain, taat dengan aturan, cerdas dan tentunya menjadi kebanggaan kita semua .

Kategori
Akhlak Artikel Berita

Fatsun Politik Pemimpin Kita

Oleh : Mahfud Fauzi
Staf Biro Dakwah Pesantren Tahfizh Daarul Quran

Hingar bingar akrobat para elit  di negeri tercinta bumi Indonesia sedang di pertaruhkan. Mulai dari presiden, mantan presiden sampai kepala daerah. Pertunjukan ini padat ketika mendekati pemungutan suara atau pilkada dan pilpres. Berbagai ahli ilmu sosial, sampai sekarang sependapat bahwa kualitas manusia tidak dapat di ukur hanya dari keunggulan keilmuan semata dan keahlian belaka, namun juga diukur dari kualitas akhlak. Dengan kata lain, ketinggian ilmu tanpa dibarengi dengan akhlak mulia akan menjadi sesuatu yang sia-sia bahkan ilmu tanpa akhlak dapat membawa kepada kehancuran. Dan bahkan Rasul Muhammad pun di utus tak lain hanya untuk menyempurnakan etika yang lebih baik. Dan sesungguhnya seluruh disiplin ilmu manapun, termasuk politik menaruh moral dan etika sebagai paduka yang agung.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Fatsun diartikan sopan santun, etika, sementara fatsun politik adalah etika politik yang santun. Santun dalam arti mampu memberikan pembelajaran sekaligus pendewasaan dalam menyampaikan pendapat kepada khalayak umum.
Etika politik memberikan ruang sekaligus cara bahwa dalam menyelesaikan masalah politik, tahapan proses sampai dengan pengambilan keputusan akhir tetap harus memberikan orientasi pembelajaran bagi publik melalui fatsun politik.

Bangsa Romawi pun mampu menjadi bangsa besar karena dorongan moral untuk menjadi bangsa yang besar. Namun pada sisi yang lain kejayaan bangsa Romawi juga runtuh karena persoalan ambruknya moral bangsa romawi kala itu. Dan sebenarnya masalah kebangsaan kita dimulai dari persoalan moral anak-anak bangsa yang umumnya berpikir semua tidak ingin menjadi pekerja, semua mengagungkan kuasa dan kekuasaan, jarang sekali perjuangan ditempuh dengan jalan normal, semua ingin instan, para politisi ingin menjadi mashur dengan jalan yang instan yang tejadi kemudian etika politik tidak lagi dilibatkan dalam hatinya ketika berkuasa.

Akhir-akhir ini kita dihadapkan pada perilaku elit politik yang tengah bertarung dalam Pemilikan Kepada Daerah (Pilkada) telah menjauh dari nilai-nilai etika dan kesantunan. Sebelumnya  Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak pada 15 Februari 2017. Pilkada diikuti 101 daerah dengan rincian 7 dari tingkat provinsi, 76 kabupaten, dan18 kota.

Namun, semua pelaksanaan pilkada seluruh Indonesia tertutup gemerlapnya keramaian pilgub DKI, sampai-sampai pilkada yang lain tak terlihat bahkan kudet alias kurang update. Pasalnya, yang membuat DKI terasa gaduh diakibatkan oleh “mulut” salah satu paslon.  Kehebohan itu meledak sejak yang bersangkutan melakukan penistaan agama di Kepulauan Seribu pada 27 September 2016 lalu. Hingga berujung pada aksi damai, aksi super damai dan aksi-aksi lainnya yang berujung status tersangka pada pelaku penistaan tersebut. Sejurus kemudian, dalam persidangan kasus penistaan agama di Kantor Kementerian Pertanian pada Selasa (31/1) yang menghadirkan saksi Ketua MUI KH. Ma’ruf Amin, sosok panutan seluruh ulama Indonesia dari berbagai golongan. Tak pelak pasalnya, pasca sidang banyak tokoh menyayangkan sikap Ahok dan menuding bahwa Ahok arogan, tidak sopan, sok penguasa, melalui “mulutnya” melontarkan kata-kata yang dapat menyinggung umat islam secara keseluruhan. Sejumlah ulama yang tadinya low respon terhadap kasus penistaan agama mulai mewabah bermunculan melontarkan mengutuk keras tindakan dan statemen ahok dan pengacaranya. Mulai ketua umum PBNU Prof Said Aqil Siradj sampai Ulil Abshar Abdala yang sebenarnya secara pemikiran berseberangan dengan KH. Ma’ruf Amin, kini semua membelanya.

KH Ma’ruf Amin kemudian telah memberikan akar teladan kerendah hatiannya sebagai puncak ulama, dengan memaafkan berarti etika dan moralitasnya menjadi satu kesatuan didalamnya, dan ini harus diikuti anak bangsa. Benarlah sikap KH Ma’ruf untuk memaafkan, tapi gerbong umat Islam tidak tinggal diam, harus ada efek jera sehingga “perilaku mulut Ahok ” tersebut menjadi kesadaran bersama bahwa dia selallu mengulang kesalahan yang sama, sopan santun terhadap yang sepuh, sebuah adat ketimuran yang tidak boleh dilanggar.

IdeologiBesar

Dari sini, jangankan kepada ulama yang berani lancang bicara tidak sopan, kepada kalam Tuhan saja berani dengan menistakan, terbukti hingga ia sebagai tersangka. Ini mengindikasikan, dengan menyatakan tidak menuduh, bahwa faham komunis tidak saja anti tuhan tapi malah tidak bertuhan dan tidak beragama. Sebuah gerakan besar dikhawatirkan menjadi sumber di balik kekisruhan kondisi di Indonesia belakanganini. Gerakan besar itu perlu diwaspadai apalagi munculnya tindakan kriminalisasi terhadap ulama. Sampai kemudian terakhir akan ada kebijakan sertifikasi khotib dimana seluruh ulama, ustadz dan pemuka agama islam yang aktif berceramah akan di sertifikasi, ini pun kemudian melahirkan banyak kecaman, sebuah kebijakan yang tidak saja melindungi rakyat namun mengekang ruang-ruang publik. Semacam ada satu ideology besar yang mencoba mendiskreditkan ulama. Karena pegangannya bukan lagi etika, bukan lagi agama apalagi bertuhan, namun ada kemiripan dengan sebuah ideologi besar yang memang anti agama dan anti Tuhan. Jadi ingat masa-masa dimana para ulama di tumpas, Al Quran di bumi hanguskan, betapa sadisnya saat itu.

Padahal Francis Fukyama mengingatkan bahwa ketahanan suatu bangsa tergantung pada keberagamaan masyarakat dan etikanya, maka Indonesia adalah masyarakat beragama yang agamis dan religius. Dengan etika, katanya, ekonomi dan politik akan berfungsi dengan baik. Mungkin maksudnya akhlaq. Jauh sebelum itu ulama arif bijaksana juga telah mengingatkan “Bangsa-bangsa akan kekal jika masih ber-akhlaq. Jika hilang akhlaq-nya maka hilang pula bangsa itu. Dan bahkan Nabi Muhammad saw mengingatkan kepada kita semua untuk menjag amulut. “siapasaja yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka katakan yang baik, atau diam”. Al-Qur’an lebih tegas lagi jika suatu bangsa itu bertaqwa maka akan diturunkan berkah dari langit, dan jika tidak lagi ber-akhlaq maka pasti dihancurkan oleh Allah.

Jadi sesungguhnya bangsa ini sedang dihancurkan. Bukan oleh kekuatan militer. Tapi oleh upaya penghancuran moral dan bahkan akhlaq pemimpinnya, anak mudanya, anggota DPR-nya, hakim-hakimnya dan cendekiawan Muslimnya dan sebagainya.

Indonesia dan Keragaman; Potensi Kedamaian

Samuel P. Huntington adalah pemberi nama konflik global yang terjadi saat ini dengan sebutan “Clash of Civilization” melalui bukunya yang berjudul The Clash of Civilization and the Remaking of the World Order (1996). Alasannya, sumber konflik umat manusia saat ini bukan lagi ideologi, politik atau ekonomi, tapi kultural. Banyak yang tidak sepakat dengan Huntington. Mungkin karena superficial atau provokatif. Seakan berbeda budaya bisa berarti perang. Namun Huntington bukan tanpa pendukung. Peter Berger misalnya, setuju konflik politik sekarang ini adalah collision of consciousness (benturan kesadaran atau persepsi), kata lain dari clash of civilization. Tapi pilihan kata, clash dan collision memang vulgar, masih kalah lembut dari kata-kata al-Attas divergence of worldviews. Tapi benarkah kini sedang terjadi clash of civilization atau jangan-jangan yang terjadi hanya clash of interesting/konflik kepentingan?

“It’s better to be moralist rather than religious”. Lebih baik moralis dari pada religious. Itulah salah satu cara orang liberal-sekuler-humanis membunuh agama. Di Barat sana agama memang pernah menjadi sumber fundamentalisme dan kekerasan. Disini di negeri Indonesia yang mayoritas Islam tidak. Tapi untuk bisa diberi cap yang sama, agama direkayasa agar melakukan kekerasan.  Ini misinya.

Apapun itu Indonesia dengan kemajemukannya memiliki sebuah potensi yang kaya akan budaya dan penghormatan saling menghargai satu sama lain. Apa buktinya? Kasus yang menyandera Ahok yang adalah dari ras china, dengan agama non muslim tapi para penuntut tidak menyoroti kechinaannya, tidak menyoroti kenonmuslimannya. Betapa pada satu sisi ini sangat dewasa sekali rakyat Indonesia. Bayangkan jika China dan non muslimnya di sorot maka, perang pertumpahan darah akan terjadi sebagaimana kasus 1996 yang membombardir orang-orang china dan non muslim di bumi pertiwi.

Kembali ke fatsun politik pemimpin negeri ini, betapa pun tingginya jabatan, pangkat dan dermawannya seseorang, kalau tidak memiliki etika dan fatsun politik maka lambat atau cepat akan ditinggal gerbongnya dan menjadi generasi tertinggal. Pada akhirnya, akhlak, moralitas di atas segalanya.

Pada persiapan pilkada serentak pada 15 Februari nanti maka kita berkepentingan memilih pemimpin yang berakhlaq yang peka terhadap jeritan rakyat yang aspiratif dan penuh tanggung jawab moral. Pemimpin yang memiliki integritas fatsun politik yang tinggi, serta pemimpin yang membuka akses ruang publik untuk tetap berkreasi menumpahkan ide-ide kerakyatan, kemajemukan dan keberagamaan yang beragam di bawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bumi petiwi yang tercinta ini.

 

grbgrbbrtg

Kategori
Artikel

Sedekah Pasti Dibalas dan Pasti Diganti

Sedekah itu ibadah. Doa, ngarep, minta, adalah juga ibadah. Sedekah doang? Dapet satu ibadah. Doa doang? Dapet satu ibadah. Dua-duanya aja. Sedekah dan doa.

Sebelum sedekah, boleh ga minta sama Allah? Apapun permintaannya, pasti boleh. Lalu setelah sedekah? Malah jadi ga boleh minta? Ga kan?

Minta mah minta aja. Ngarep mah ngarep aja. Doa mah doa aja. Ga pake sedekah juga boleh kok. Silahkan. Apalagi setelah sedekah. Tambah boleh.

Apa-apa yang udah dijanjikan, gapapa diminta. Yang ga boleh, ga sabar. Yang ga boleh, buruk sangka. Yang ga boleh, marah-marah. Sama Allah. Sabar aja.

Sedekah pasti dibalas. Sedekah pasti diganti.

Soal balasannya apa. Soal gantinya apa. Nah ini yang dirahasiakan Allah. Kadang kita dapet balesan dan gantian bukan pada yang kita minta. Alhamdulillaah aja.

Udah bisa sedekah aja, udah bagus. Ga semua bisa sedekah. Juga doa. Dah bisa doa aja, dah bagus. Ga smua orang bisa berdoa.

Semua amal, bukan hanya sedekah, menjadi pendorong hebat bagi doa buat dikabul. Bukan jadi musuh hebatnya doa. Seakan ga boleh doa saat beramal.

Baca Qur’an, ibadah. Doa, ibadah. Doa doang? Ga dapet pahala baca Qur’an. Baca Qur’an doang? Ga dapet pahala doa. Dua-duanya aja. Baca Qur’an plus doa.

Ibadah lain, sama aja. Shalat tanpa doa? Rugi amat. Kenapa ga dapetin aja dua-duanya pahala? Shalat dan doa. Jangan cuma dapet pahala shalat aja.

Maka di sedekah juga demikian. Sedekah plus doa, keren banget. Jadi dua pahala. Dua ibadah. Dua kebaikan. Tapi doa, tidak harus dan jangan selalu tentang dunia.

Silahkan sedekah dan share biar pahala sedekahnya gede. makasih ya…

Bank Syariah Mandiri 074 006 5000

Bank Muamalat 303 003 3615

Bank Mandiri 128 000 509 2975

BCA 603 030 8041

BRI 0523 01 0000 34 30 4

CIMB Niaga Sya 520 0100 342 004

Bank BNI Syariah 1699 1699 6

Bank BNI Syariah 1699 1699 6

an. Yayasan @Daarul_Quran Nusantara Info 1500311

Yang sedekahnya mau dijemput, silahkan sms ke 0877-7143-1118. Yang mau dateng langsung, bisa ke kantor PPPA Daarul Quran di CBD Ciledug A3/21 (Belakang Carrefour).

 

sumber: http://yusufmansur.com/sedekah-pasti-dibalas-dan-pasti-diganti/

Kategori
Aqidah Artikel

Malu Sama Allah

Tidur kita terlalu panjang, terlalu nikmat. Tiada mau bangun malam, atau tiada memanjangkan malam.

Paginya kita jalani tanpa dhuha. Sekalinya dhuha, hanya syarat saja, 2 rakaat.

Kemudian kita diajak zakat dan sedekah, kita keluarkan sebatas yang menjadi syarat saja. Enggaan sepertinya mengeluarkan lebih buat Allah. Minimalis.

Kita jarang jamaah di masjid, yang karenanya suka hilang 4 macam shalat sunnah; shalat sunnah syukur wudhu, shalat sunnah tahiyyatul masjid, shalat sunnah qabliyah, dan shalat sunnah ba’diyah.

Rumah Allah itu masjid. Tapi kita seperti males bener masuk rumahnya Allah. Kalo giliran ke rumah orang penting, kita rela mencari tahu siapa yang bisa menjadi koneksi kita ke sana, dan kemudian rela menunggu berjam-jam hingga si orang penting ini keluar.

Tapi kalo ke rumah Allah? Udah suka pakai pakaian seadanya, juga lebih sering seperti orang buang hajat, kayak ga betah. Maunya buruburuuuuuu aja.

Hidup kita banyak sia-sianya. Padahal tahu bakalan mati, bakalan dihisab, bakalan ditanya, bakalan dikumpulkan di padang mahsyar, bakalan melewati titian jembatan shirothol mustaqim, bakal berhadapan dengan Allah Yang Maha Tahu. Atau tidak tau? Tapi masa iya?

Mungkin yang lebih tepat, tau, tapi ga mikirin kali. Masa engga tau bahwa yang hidup bakalan mati. Tapi oke lah, mungkin benar ga tau, mudah-mudahan sekarang jadi tau.

Repot bin susah jika hidup kita banyak sia-sianya, sedikit amal shalehnya, apalagi jika buanyaaak maksiatnya.

Maluuuuu sama yang sudah memberikan kita hidup dan kehidupan.

Kita tau kesehatan itu mahal. Untuk mencari kesembuhan kita ridho kehilangan semua harta kita, asal sehat, asal sembuh.

Sedangkan Allah adalah Tuhan yang menghidupkan kita, membuat kita lahir ke dunia ini, dan bertahun-tahun bahkan berpuluh-puluh tahun sudah memberikan kita bukan hanya kesehatan, tapi juga rezeki yang lain.

Wajar kalau kemudian Allah SWT menyindir kita semua.

 

Ibrahim 34

“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmatAllah).”

(QS.Ibrahim: 34)

sumber: http://yusufmansur.com/malu-sama-allah-2/