Kategori
Berita

Pesan Ketua STMIK Antar Bangsa Kepada Para Wisudawan

Setidaknya ada lima pesan yang disampaikan oleh Ketua STMIK Antar Bangsa, Tarmizi Ashidiq, MA, saat memberikan sambutan dalam wisuda ke 8 STMIK Antar Bangsa, Kamis (13/12). Wisuda yang diikuti oleh 32 wisudawan tersebut digelar secara offline dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan di ruang aula Kampus STMIK Antar Bangsa yang terletak di kawasan CBD Ciledug, Tangerang, Banten.   Pesan tersebut diantaranya: 

Pertama, Selamat memasuki dunia baru. Layaknya bayi yang baru terlahir, sekarang kalian menyandang beban sebagai sarjana strata 1. Maka pola pikirdan juga tindakan dan bergaul maka harus mencerminkan 

Kedua, bangga menjadi bagian dakwahnya Daarul Qur’an. Jadi dimanapun berada value Daarul Qur’an harus tetap tertanam dalam jiwa kalian. 

Ketiga, terus belajar dan berprestasi di mana saja, jadi setelah diwisuda bukan berarti Anda berhenti belajar. Bisa lagi lanjutkan S2, S3 dan seterusnya. 

Keempat, Membangun jaringan antarbangsa. Dalam artian para alumni STMIK Antar Bangsa memiliki tanggung jawab  moral terhadap para adik kelasnya. Jika nanti para alumni STMIK Antar Bangsa sudah sukses Anda bisa mengajak adik kelas untuk ikut terlibat dalam usaha Anda. 

Kelima, setiap alumni mahasiswa Antar Bangsa maka akan dilihat sepak terjangnya di mana ia belajar.  Jika ia berkiprah dengan baik maka yang akan harum juga almamaternya.

Wisuda yang juga dihadiri oleh Kyai Ahmad Kosasih, Ketua Dewan Syariah Daarul Qur’an, ustad Ahmad Jamil, Pimpinan Daarul Qur’an Direktorat Pendidikan dan ustad Anwar Sani, Pimpinan Daarul Qur’an Direktorat Zakat dan Wakaf yang juga rektor Institut Daarul Qur’an dan asaatidz Daarul Qur’an ini berlangsung khidmat.

Kategori
Artikel Berita kisah alumni

Datang, Minum, Zegerr!

Kedai minuman thai tea kian mejalar di Indonesia. Indonesia menjadi pasar yang tepat untuk perkembangan usaha minuman asal Thailand tersebut. Iklim Indonesia yang cenderung panas membuat thai tea begitu menyegarkan. Tersedianya berbagai varian rasa dan topping juga membuat jenis minuman ini laris di pasaran. Peluang bisnis tersebut dimanfaatkan oleh putri pertama pendiri Daarul Qur’an, KH Yusuf Mansur, yakni Wirda Mansur.

Menjelang pukul 10 pagi, Jum’at (6/12), Wirda dibantu beberapa keluarganya tengah menyiapkan outlet. Tak berselang lama para pembeli mulai berdatangan. Promo beli 2 gratis 1 menjadi daya tarik tersendiri pada launching outlet yang diberi nama Zegerr! itu. Mulai dari yang hanya membeli satu hingga memborong 15 gelas sekaligus.

Ada berbagai varian rasa yang ditawarkan. Original, mangga, green tea, red velvet, vanilla, dan oreo dapat dipesan sesuai selera masing-masing.

Tak butuh waktu lama, menjelang Ashar outlet milik Wirda tersebut telah tutup. Sebuah tulisan menandakan bahwa dagangannya di hari launching itu telah habis.

Pertumbuhan pesat usaha di bidang kuliner dalam 2 tahun terakhir coba Wirda manfaatkan. Maka dari itu minuman yang sedang digandrungi masyarakat Indonesia ini menjadi alasan Wirda membuka outletnya. “Gue sih percaya bahwa usaha kuliner ini sangat diminati masyarakat Indonesia, terutama kaum millennial”, ungkapnya.

 

Di media sosial Wirda terkenal dengan usaha di bidang fashion. Ia menyadari bahwa terjun di usaha bidang kuliner merupakan sesuatu yang baru baginya. Namun, justru itu merupakan tantangan yang mendorong semangatnya untuk membuka outlet Zegerr!.

Wirda Mansur merupakan anak seorang da’i kondang yang juga lulusan pesantren. Kehidupan pesantren yang indetik dengan nilai-nilai agama membuat orang kerap beranggapan miring tentang potensi para santrinya. Hal tersebut disanggah oleh Wirda. Ia pun berpesan bagi para santri untuk terus mengembangkan potensi dirinya.

“Tidak ada yang salah dengan itu semua (belajar agama). Baiknya kalian bisa mengembangkan passion kalian. Misalkan ada yang suka di kesenian, otomotif, kecantikan, atau usaha bidang lainnya, ya ayok lah kita jadi santripreneur”, ujarnya. Dengan mengembangkan potensi khususnya di bidang usaha maka santri akan berperan dalam berkembangnya perekonomian umat.

Kategori
Amalan Artikel kisah alumni Pesantren

Rahasia Juara Lintas Disiplin Ilmu Bela Diri

Olahraga bela diri banyak jenisnya. Masing-masing jenis tentu berbeda gerakan dan jurusnya. Tidak semua orang mampu menguasai lebih dari satu disiplin ilmu bela diri. Diperlukan latihan intensif dengan waktu yang panjang untuk benar-benar menguasai hal tersebut.

Muhammad Alif Ernaldo, alumni Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Ketapang angkatan 9 asal Jakarta berhasil meraih medali emas dalam kejuaraan nasional wushu yang bertajuk Wushu Games di Balairung Universitas Indonesia, 14-17 November 2019. Ia mewakili kampus Binus University. Uniknya, selama nyantri di Daarul Qur’an ia merupakan anggota Persatuan Silat Daarul Qur’an atau Persida.

Bersaing dengan ratusan peserta dari universitas lain tak membuat ia gentar. Alif yang turun di kelas 80 kg mengaku mempersiapkan fisik dan mental untuk kejuaraan tersebut selama 6 bulan. Namun, 6 bulan bukanlah waktu yang panjang mengingat ia baru pertama kali turun di cabang wushu. “Terima kasih banyak kepada Ustadz Wildan sudah diajari fisik supaya kuat dan teman-teman lain di Persida”, ungkapnya. Ya, rahasianya adalah kerja keras dan latihan. “Serta selalu berdoa kepada Allah SWT”, ungkapnya melanjutkan.

Wushu merupakan olahraga yang membutuhkan kekuatan dan kondisi fisik yang prima. Alfi yang rutin berlatih pencak silat semenjak di Persida pun mengaku sudah terasah fisik dan mentalnya. Ketekunannya berlatih juga membuat ia sering mendapatkan gelar juara. “Baru pertama kali lomba wushu, tapi kalau silat udah 2 kali juara 3”, ujarnya.

Ia memberikan pesan bagi yang ingin mengikuti jejaknya. Menurutnya, mental dan fisik memang hal utama dari sebuah seni bela diri namun segala usaha yang kita lakukan hasilnya Allah SWT yang menentukan. Maka dari itu, selain tekun berlatih, berdo’a dan bersholawat jangan sampai ditinggalkan sebagai wasilah kita untuk memohon kemenangan dalam sebuah kejuaraan.

Kategori
Berita KH. Yusuf Mansur Pesantren

Tumpah Ruah Alumnus Daqu di Pasar Alumi

Untuk menjaga silaturahim dan konektivitas antar angkatan, Ikatan Keluarga Alumni Daarul Qur’an (IKADAQU) menggelar kegiatan buka bersama dan temu alumni. Kegiatan yang dihadiri 300 alumnus Daarul Qur’an tersebut digelar di pesantren tahfizh Daarul Qur’an, Ketapang, Tangerang, Sabtu (11/4).

 

Temu alumni kali ini terasa unik dengan tema yang diusung Pasar Alumni. Selain silaturahim dan berbuka bersama para alumni yang telah memiliki usaha juga diperkenankan untuk mengenalkan usaha mereka pada stand-stand yang telah disediakan. Pasar Alumni ini juga sejalan dengan visi Daarul Qur’an yaitu melahirkan generasi pemimpin bangsa dan dunia yang sholeh dan sholehah dan berkarakter qur’ani serta berjiwa entrepreneur (mandiri) dalam membangun peradaban Islam masa depan.

Selain untuk melepas rasa kerinduan dengan sesama alumni, acara ini juga sebagai jembatan dari pihak pesantren untuk menyampaikan hal-hal terkait kesinergisan antara alumni dengan pesantren. Acara ini diawali dengan sembutan dan tausiyah yang disampaikan oleh KH. Saiful Bahri, yang mengingatkan bahwa kita sebagai alumni harus bangga dengan banyaknya alumni yang tersebar diseluruh pelosok negeri bahkan hingga ke manca Negara. Setekah berbuka bersama para asatidz, guru-guru, para alumni dan para santri mendatangi bazar-bazar dimana para alumni berjualan. Para alumni menyediakan berbagai macam barang jualan dari Ayam Mozarela, Jamur Crispy, Tajaroh Shop, Snacks Corner, Pakaian, Case HP, Seblak, Nakahana, Krinch, Bezcloth, Nasi Bakar, Super Tebu, Telu Tiga dan lain-lain.

Setelah acara bazar selesai, para alumni sholat isya dan teraweh berjamaah di masjid Nabawi yang di imami oleh KH. Yusuf Mansur. Dalam ceramah yang beliau sampaikan di masjid, beliau meminta serta mendoakan seluruh alumni agar dapat menjadi pemimpin di masa depan. Setelah doa bersama telah selesai, acara di lanjutkan kepada motivasi- motivasi yang disampaikan oleh KH. Yusuf Mansur. Beliau meminta agar para alumni harus siap menjadi pemimpin, harus siap mewarnai bangsa Indonesia, harus siap mejadi pengusaha, harus siap menjadi professional. Untuk membantu para alumni menjadi professional dan pengusaha, beliau memberikan dana Rp 50 juta untuk IKADAQU agar menyelenggarakan coaching – coaching bagi para alumni di daerah-daerah. Tidak hanya itu, beliau juga memberikan pinjaman Rp 25 Juta kepada para alumni yang mendapatkan sertifikat apresiasi terhadap bisnis-bisnis yang telah ditekuni oleh mereka.

Selain motivasi yang disampaikan oleh KH. Yusuf Mansur. Motivasi juga disampaikan oleh Wirda Mansur yang mana menceritakan pengalamannya dalam membangun bisnis serta saat di Interview oleh kampus luar negeri. Pengalaman ini diharapkan dapat memotivasi para santri dan alumni Daarul Qur’an agar mengikuti bahkan menemaninya menjadi pengusaha dan sekolah ke luar negeri. Acara pasar alumni ini di akhiri dengan doa yang dibacakan oleh Bunda Hj. Maemunah.

 

 

 

oleh : Rifqi Akbari

Kategori
Berita Berita Foto kisah alumni Pesantren

Alumni Daqu Belajar ke Negri Cina

[vc_row][vc_column][vc_column_text]Ahad 12 Oktober 2018, Daarul Qur’an kembali mengirim alumninya untuk melanjutkan studi di luar negri, kali ini Alumni Daarul Qur’an akan membuka sayapnya di negri tirai bambu, Cina.

Adalah Rizqi Putra, Adl Noor Vindhy, Hafizh Akbar, Ridho Ramadhan Hanafi. Mereka Alumni angkatan 8 yang berminat untuk melanjutkan study mereka di bidang kedokteran di Cheng du, Cina.

Berangkat dari Bandara Internasional Soekarno Hatta bersama para calon mahasiswa lainnya, para alumni Daarul Qur’an akan menempuh perjalanan sekitar 7 jam di dalam pesawat untuk transit di Shang hai, kemudian melanjutkannya ke Cheng du.

Keberangkatan ini adalah keberangkatan yang kedua bagi Daarul Qur’an ke China, usai sebelumnya Daarul Qur’an mengirim 3 Alumninya yaitu, Rafi Aditya, Fiandi averil, dan Almahendra yang mengambil jurusan teknik dan berangkat ke Lanzhou University pada tanggal 22 Agustus kemarin.

Berbeda fakultas dan jurusan. Alumni kloter pertama (Fakultas Teknik) harus berangkat lebih awal untuk menjalani pembelajaran intensif dalam berbahasa Mandarin, dikarenakan bahasa Mandarin lah yang akan menjadi bahasa pokok dalam pembelajaran di Universitas, sedangkan untuk para alumni yang melanjutkan studi di Fakultas Kedokteran harus memakai bahasa Inggris sebagai bahasa pokok.

(baca juga : Saatnya Bangun Ikadaqu di Cina)

Hal ini merupakan buah dari pembekalan santri akhir pada akhir tahun lalu, dimana santri-santri akan dikenalkan dengan dunia pendidikan lanjutan dan juga diadakan seminar khusus oleh Biro Litbang dan Pendidikan yang membahas dunia seputar kuliah baik dalam negri maupun luar negri.

Sebelumnya telah dilaksanakan acara Pelepasan Alumni Daarul Qur’an yang akan melanjutkan studi di Cina yang dilaksanakan di Aula Al Maidah Pondok Pesantren Daarul Qur’an, pada Kamis, tanggal 23 Agustus lalu. Acara dihadiri oleh Ayahanda K.H Yusuf Mansur dan ustadz Ahmad Jameel juga pimpinan lainnya. juga dihadiri oleh para Dekan dan Dosen dari Universitas Cheng du sendiri dan direktur dari CNY Education, lembaga konsultasi pendidikan yang memberikan jalur untuk Alumni Daarul Qur’an ke Universiatas di Cina.

“it’s all belong to Allah. So, its easy for you, to get your dream, if you know belong to who? everything you want, everything you need, if you know belong to who. you can get it insyaallah,” begitu nasehat yang disampaikan Ayahanda K.H Yusuf Mansur, di acara Pelepasan.

Kemudian salah satu dari dosen Universitas Cheng du yang hadir saat itu juga memberikan salam terima kasih karena telah disambut hangat oleh para santri, dan senang karena melihat reaksi alumni Daarul Qur’an yang bersemangat untuk belajar, dan menjadi mahasiswa di Universitasnya.[/vc_column_text][vc_media_grid grid_id=”vc_gid:1539749425926-6ec9741a-f389-4″ include=”18169,18170,18172,18171,18173,18174,18175,18176,18177″][/vc_column][/vc_row]

Kategori
Berita Berita Foto kisah alumni Pesantren

Saatnya Bangun IKADAQU di China

[vc_row][vc_column][vc_column_text]Perjalanan santri kelas 12, angkatan 8, Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an  kini berada di masa-masa akhir, setelah menempuh pendidikan di Pesantren Daqu, santri-santri kemudian akan terjun ke masyarakat dan juga melanjutkan pendidikannya di universitas.

Beberapa alumni Pesantren Daqu telah membuktikan dirinya dapat bersaing di kancah global, beberapa dari mereka talah tergabung dalam Ikatan Alumni Daarul Qur’an (IKADAQU) di berbagai daerah dan negara. Kini ada IKADAQU Mesir, IKADAQU Madinah, IKADAQU Yogyakarta, dan sebagainya.

Untuk mempersiapkan itu semua, tim Biro Akademik dan Litbang Daqu memiliki kegiatan tahunan berupa pembekalan khusus untuk kelas akhir di Pesantren Daqu.

Kegiatan yang berupa pematangan di berbagai disiplin ilmu teori hingga praktiknya juga membuka wawasan seputar dunia kemasyarakatan dan seminar Universitas kelas dunia digelar.

Kamis (22/2) Pesantren Daqu kedatangan Kak Afif dan Kak Santi, dua mahasiswa dan mahasiswi Indonesia yang sedang menempuh program doktoral di negeri tirai bambu, China.

Kak Afif dan Kak Santi, yang keduanya sedang mengenyam pendidikan di Central China Normal University ini kemudian berbagi pengalamannya di hadapan santri-santri kelas 12 di Aula Al Ikhlas,  Pesantren Daqu, Ketapang.

“Ini adalah kesempatan kalian untuk melebarkan sayap alumni Daqu, jika sudah ada IKADAQU di Madinah dan Mesir, maka dengan pertemuan kali ini ustadz berharap juga ada nantinya IKADAQU China”. ujar ustadz Darul Qutni,  selaku Kepala Biro Akademik dan Litbang Daqu.

Kak Afif mengakui pada awalnya ia teringat dengan masa kecilnya ketika dalam pengajian bersama ustadznya yang kemudian disebutkan sebuah hadits yang berbunyi “tuntutklah ilmu sampai ke negeri China”. Dari hadits itulah kemudian ia bertekad dan berusaha supaya dapat melanjutkan pendidikan di China dan ia kini tergabung dalam program Magister Diplomasi di China.

Beda kisah dengan kak Santi, ia memaparkan bahwa pada dasarnya ia merupakan orang biasa yang bahkan belum tahu Jakarta itu seperti apa. Saat lulus dari sebuahSMA di Bengkulu ia berhasil mendapatkan nilai Ujian Nasional peringkat 5 se-Bengkulu dan kemudian mengajukan beasiswa ke pemerintah untuk studi ke China, dan hingga kini di usianya yang genap 25 tahun ia sedang menempuh program Doktoral Hubungan Internasional di Central China Normal University.

Tak sampai disitu, santri-santri kelas 12 yang terkesima dengan kedua kisah tersebut kemudian aktif sekali ketika sesi pertanyaan dibuka, beberapa mereka bertanya bagaimana kondisi muslim di sana, dokumen dan persiapan apa saja untuk studi di sana hingga ada yang bertanya seputar aliran wushu apa saja yang ada di universitas di China.

Sebelum diakhiri kak Santi mengabarkan bila ada 10 kuota yang ia bawa khusus program teknik dan full beasiswa untuk santri-santri Pesantren Daqu, lantas ini kemudian disambut dengan riuh ramai dan kesepuluh kuota telah di penuh oleh santri Daqu, yang kemudian akan didiskusikan kembali dengan orangtua santri juga guru-guru.[/vc_column_text][vc_media_grid grid_id=”vc_gid:1519375886699-f76f96f3-47dd-8″ include=”16708,16711,16712,16713,16714,16715,16716,16717,16718,16719,16720,16722″][/vc_column][/vc_row]