Kategori
Berita Fullday Kegiatan

Belajar Menyenangkan Pasca Ujian Sekolah di SD Fullday Daquschool Tangerang

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim resmi menerbitkan peraturan peniadaan UN melalui Surat Edaran (SE) Mendikbud No 1 Tahun 2021 tentang Peniadaan UN dan Ujian Kesetaraan serta pelaksanaan Ujian Sekolah (US). Ujian Nasional yang ditiadakan diganti dengan ujian sekolah di bawah pengawasan langsung Diknas masing-masing daerah.

Niilai ujian sekolah, ditambah nilai harian, PTS dan PAS semester I (satu) serta ujian mulok dan praktek diolah langsung oleh sekolah masing-masing. Hasil akhirnya menetukan kelulusan siswa-siswi.

Pekan ujian sekolah tersebut telah selesai dilaksanakan SD Fullday Daquschool Tangerang. Kesibukan belajar yang padat berganti menjadi kekosongan. Waktu kosong yang ada dimanfaatkan SD Fullday Daquschool Tangerang untuk mengadakan program penguat kelas 6 pasca ujian. Mengingat dari masa ujian sekolah sampai kelulusan cukup memiliki waktu luang.

Selain itu, hal ini merupakan bentuk latihan diri dan persiapan untuk menlanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dari kegiatan ini sekolah bisa terus mengasah dan memberikan bekal terbaik kepada para siswa.

Rangkaian kegiatan penguat kelas 6 SD Fullday Dauschool Tangerang diawali dengan shalat dhuha, penguatan karakter, muroja’ah, materi fiqih, dilanjutkan dengan literasi/program menulis, serta penguatan tahsih dan tahfizh. Program ini diisi langsung oleh guru-guru kelas 6.  

Orang tua merasa senang dan menyambut baik program ini. Siswa-siswi juga sangat antusias dalam menjalankannya.

Harapan dengan adanya program ini tentunya menghasilkan output terbaik. Ketika ananda memasuki jenjang selanjutnya akan mampu bersaing dengan siswa-siswi dari sekolah lain. Para lulusan SD Fullday Daquschool Tangerang pun memiliki keunggulan tersendiri melalui program tahsin dan tahfizh.

Kategori
Artikel

Merdeka Belajar Dan Belajar Merdeka

Awal dilantik Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadim Makarim menggebrak lewat konsep merdeka belajar. Gerakan Merdeka Belajar dalam bayangan Nadim adalah USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional) dilakukan dengan cara uji kompetensi siswa yang dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis atau bentuk penilaian lain yang lebih komprehensif. Kemudian UN (Ujian Nasional) tahun 2020 menjadi UN terakhir dan selanjutnya ditiadakan yang kemudian akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter. Ada lagi RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) akan lebih disederhanakan dengan memangkas beberapa komponen. Terakhir adalah mengenai zonasi PPDB (penerimaan Peserta Didik Baru), sistem zonasi digunakan dengan kebijakan yang lebih fleksibel untuk mengakomodasi ketimpangan akses dan kualitas di berbagai daerah.

Secara historis, akar Merdeka Belajar di pelopori oleh Paulo Freire dan juga Ivan Illich yang  diaminkan oleh Carl Rogers dkk. Paulo Freire melihat potret pendidikan di Brazil saat itu sangat mengekang, siswa hanya dicekoki  oleh materi yang menjadikan anak tidak kreatif, mengungkung kreatitas serta memenjarakan sejumlah potesi anak sehingga anak tidak bisa kritis dalam kehidupannya, yang berujung sikap pasrah dan patuh yang tidak jelas arahnya. Dari Brazil konsep Freire menjalar ke seluruh dunia hingga ke Indonesia.

Bagi Freire, pendidikan  tak lain sarana menindas anak-anak yang memiliki potensi besar. Banking Concept Education, atau dengan kata lain anak hanya menjadi wadah kosong yang harus diisi sesuatu, demikian menurutnya, ini melahirkan penindasan, maka penindasan itu harus dilawan dengan konsep Problem Posing Method dengan kata lain anak harus dibebaskan dan keluar dari jeruji tralis yang memenjarakan potensi tersebut.

Anak-anak harus digiring bukan berada dalam dunia, melainkan berada bersama dengan dunia.  Konsep ini  kemudian dikenal dengan konsep andragogi yaitu pendidikan orang dewasa, secara dialogis, guru berposisi sebagai fasilitator, anak harus diajar kritis agar ia merasakan kehidupan real yang ada, bukan lagi diawang-awang. Jhon Dewey mengamini konsep ini dengan pola pregresifnya, artinya seorang anak ketika diberikan pelajaran tentang panas, maka api harus dihadirkan dan dinyalakan lalu tangannya mencoba untuk menyentuhnya, panas tersebut bukan lagi dalam otak dan dalam awang-awang, akan tetapi nyata dirasakan dalam kehidupannya.

Selanjutnya ialah Ivan illich, konsepnya deschooling society, artinya sekolah tanpa dinding. Baginya, pendidikan lebih baik dilaksanakan oleh masyarakat sendiri dalam bentuk jaringan pendidikan, jaringan pembelajaran. Rupanya, Ivan Illich tidak suka dengan sekolah konvensional  yang begitu dianggapnya membelenggu dan penuh aturan yang menindas, pengaruhnya maka banyak saat ini dijumpai praktek pembelajaran private, bimbel, dll. Di sisi yang lain, pada tahun 1969 Carl Rogers mempublikasikan sebuah buku berjudul “Freedom to Learn”.  Pada pengantar buku tersebut, Lima puluh tahun lalu, ia mengatakan, “Sekolah kita umumnya sangat tradisional, konservatif, birokratis dan resisten terhadap perubahan. Demikian halnya, praktek pembelajaran yang tidak memerdekakan selama ini tampak di mana pembelajar dihadapkan dan ditetapkan pada aturan yang jelas dan ketat.

Pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin, bahkan kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum sehingga ada kesan “Sekolah tempat menuntut ilmu lebih kejam ketimbang penjara”, demikian Bernard Shaw sebagaimana dikutip dari Naomi (1999) dalam buku “Menggugat Pendidikan”, maka tidak heran jika guru memberikan informasi bahwa akan ada kegiatan guru rapat atau besok kita libur, suara gemuruh menyambut kesenangan itu luar biasa, seolah-olah anak terbebas dari belenggu dan beban belajar, ini yang perlu kita renungkan.

Maka dari itu, siapa yang menjadi korban keganasan kekejaman di dunia pendidikan? Adalah Albert Einstein, Winston Churchill, dan Thomas A.Edison.

Dimasa anak-anak, Albert Einstein dikenal suka melamun. Guru-gurunya di Jerman mengatakan bahwa ia tidak akan berhasil di bidang apapun, sikap dan pernyataannya selalu merusak suasana kelas, dan lebih baik ia tidak bersekolah. Selanjutnya, Winston Churchill sangat lemah dalam pekerjaan sekolah, dalam berbicara ia gugup dan terbata-bata. Sementara itu, Thomas A. Edison pernah dipukuli guru dengan ikat pinggang karena dianggap mempermainkan guru dengan mengajukan banyak pertanyaan, karena seringnya ia dihukum maka dikeluarkan dari sekolah tersebut oleh ibunya (setelah mengenyam pendidikan formal hanya selama 3 bulan).  Einstein, Churchill, dan Edison; ketiga tokoh tersebut memiliki gaya belajar yang khas yang tidak sesuai dengan gaya belajar di sekolah mereka saat itu.

Berangkat dari historia akar merdeka belajar di atas, maka hari ini gerakan Merdeka Belajar adalah bukan sesuatu hal yang baru, akan tetapi setidaknya saat ini pemerintah mengadopsi konsep tersebut dengan mengimplementasikannya ke sekolah konvensional sekedar penyederhanaan saja. Maka mau tidak mau, menjadi peluang emas bagi pegiat pendidikan dan praktisi pendidikan untuk mendesain ulang model pendidikan yang dikomandoi oleh pemerintah. Sekalipun, menurut hemat penulis, bisa jadi gerakan merdeka belajar ini akan menjadi kekuatan baru penindasan model terbaru jika pemerintah dan para praktisi tidak mengawal dengan baik dan melek gerakan ini. Apalagi kemungkinan besar tradisi ganti menteri ganti kebijakan ini bisa berlaku. Maka dari itu kita tak lain dan tak bukan sedang belajar merdeka. Merdeka yang 100 persen saja tentunya belum bisa terwujud juga sejak ditetapkannya hari kemerdekaan, maka ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi seluruh elemen bangsa dalam proses sedang belajar merdeka ini.

Ditulis oleh Dr. Mahfud Fauzi, M.Pd, Kepala Bidang Kemitraan Fullday Daarul Qur’an

Kategori
Berita Fullday

Pembagian Rapor Drive Thru, Solusi di Tengah Pandemi Covid-19

Pembagian laporan pembelajaran alias Rapor bagi para murid SD Fullday DaQu School Ketapang menjadi satu kegiatan rutin yang tidak bisa ditinggalkan. Terlebih pada semester kedua, kegiatan ini sebagai penutup kegiatan belajar mengajar pada tahun ajaran sebelumnya yang sekaligus menjadi simbol kenaikan kelas bagi para murid.

Lantas, bagaimana dengan pembagian rapor pada situasi New Normal usai pandemi seperti saat ini? Apakah  tetap dilaksanakan? Bagaimana pelaksanaannya?

Kepala Sekolah SD Fullday Daqu School, Miss Nety Ariyani, S.Pd beserta para pengajar membuat jadwal pembagian rapor secara berkala. Kegiatan rutin tahunan ini tetap dilakukan meski tetap harus menerapkan standar protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, melakukan pengecekan suhu badan, dan menggunakan hand sanitizer sebelum wali murid memasuki lingkungan SD Fullday DaQu School dan bertemu dengan para guru. Juga untuk menghindari kerumunan, kegiatan ini menggunakan sistem drive thru. Para wali santri yang tiba hanya mengambil rapor yang telah disiapkan oleh para wali kelas dan tidak diperkenankan untuk melakukan konsultasi bersama wali kelas secara tatap muka, sebab konsultasi bersama wali kelas telah dilakukan melalui video call satu hari sebelumnya.

Kegiatan pembagian rapor tahun ini berlangsung di halaman SD Fullday Daqu School Ketapang dengan dihadiri para wali kelas selama tiga hari berturut-turut, yakni hari Rabu, Kamis, dan Jum’at tanggal 1, 2, dan 3 Juli 2020 sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, hari Rabu untuk kelas 1A sampai kelas 2B, hari Kamis untuk kelas 2C sampai kelas 3D, dan hari Jum’at untuk kelas 4A sampai kelas 5B mulai pukul 08.00 hingga pukul 11.00 WIB.

“Saya sangat setuju dengan adanya sistem pembagian rapor seperti ini, mengingat kami tengah berada di tengah pandemi Covid-19 yang saat ini sangat mengkhawatirkan bagi kami, para orang tua.”, ujar Bunda Azzam yang dijumpai usai menerima rapor putranya yang tahun ini akan naik ke kelas 2 SD. “Semoga pandemi ini segera berakhir dan anak-anak dapat kembali menjalani keseruan di sekolah bersama para guru dan teman-teman di SD Fullday Daqu School. Aamiin.”, lanjutnya.

Kategori
Berita Fullday Kegiatan

Drive Thru, Cara KB-TK Daquscool Bagikan Rapor

Mengingat masih tingginya angka penyebaran Covid-19 di Indonesia, KB-TK Daarul Qur’an melakukan pembagian rapor murid dengan cara drive thru, Rabu (24/6). Para orangtua siswa yang mengambil rapor tak perlu turun dari kendaraannya. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan keselamatan dan Kesehatan para orangtua dan murid.

“Alhamdulillah pembagian rapor dengan cara drive thru berjalan lancer. Secara teknis dimulai dari masuk pos 1. Orangtua siswa datang menghampiri stand yang sudah kami siapkan register, kami akan mengarahkan mereka ke stand sesuai dengan nama anak dan nama kelas serta kemudian diarahkan ke stand yang sudah tersedia. Lalu orangtua keluar dari pos 2”, terang Miss Yeni, Kepala Sekolah KB-TK Daarul Quran Ketapang, Tangerang.

Sebelum pembagian rapor, para guru kelas menyampaikan perkembangan belajar dan konsultasi perkembangan ananda secara daring melalui video call.

Orangtua yang datang harus menerapkan protokol kesehatan dengan menggunakan masker. Para pengajar yang membagikan rapor juga dilengkapi dengan masker dan face shield serta sarung tangan agar tak saling bersentuhan.

“Alhamdulillah dengan metode ini orangtua merasa nyaman, karena memang prosesnya tidak keluar mobil atau turun dari motor sama sekali,” ungkap Miss Yeni.

Pembagian rapor drive thru KB-TK Daqu School dibagi dalam dua sesi selama dua hari agar tak menimbulkan kerumunan. Sesi pertama pada hari Rabu (24/6) sementara sesi kedua dilakukan Kamis (25/6).

Ditulis oleh, Dr.Mahfud Fauzi, M.Pd, Kabid Biro Fullday Daarul Qur’an

Kategori
Berita Fullday Kegiatan

Tinta Emas Pembentuk Generasi

Aktivitas menulis terlihat ringan tapi sebenarnya tidak mudah untuk dilakukan. Menulis merupakan satu kegiatan literasi setelah membaca yang seharusnya bisa dilakukan setiap orang apalagi jika ia seorang pendidik.

Hal tersebut diungkapkan oleh Hilmawati, S.Hum dari Ikatan Guru Indonesia (IGI) saat mengisi training menulis bertajuk “Tinta Emas Pembentuk Generasi” yang diselenggarakan pada hari Sabtu (22/1), yang digelar oleh Biro Fullday bekerjasama dengan Biro Daqu Training Center (DTC) Daarul Qur’an yang diikuti oleh para Guru SD Daqu School dari Tangerang, Kalibata dan Semarang.

Kegiatan menulis sebagaimana disampaikan oleh Hilmawati tentunya perlu didasarkan pada sumber informasi yang akurat secara teori agar informasi yang disampaikan memiliki data dan fakta yang kuat.

“Kita tidak bisa menggoreskan huruf secara sembarangan tanpa dasar teori yang kuat mengingat apa yang akan kita tulis akan menjadi bahan pengetahuan oleh siswa” ujarnya.

Menulis sebagaimana disampaikan oleh Hilmawati juga cara agar ilmu yang kita turunkan kepada anak didik berdasarkan proses pencarian ilmu yang kuat tidak hanya berdasar pada pengalaman yang boleh jadi bukan dari pengetahuan yg benar melainkan pengalaman saja.

“Mengajarkan yang benar maka akan dicontoh dengan benar begitu sebaliknya mengajarkan contoh yang salah maka akan sulit merubahnya” tambahnya.

Lewat training ini Biro Fullday berharap bisa memotivasi para guru untuk aktif menulis dan menjadi bekal dalam mengajarkan cara menulis latin dengan indah dan benar.

Ditulis oleh, Lalan Solehudin, Kabiro Fullday Daarul Qur’an.

Kategori
Berita Kegiatan

Keluarga Besar Daqu Sedekah Darah

Memanfaatkan momentum Daqu Expo, Komite wali murid SD Daarul Qur’an Ketapang menginisiasi kegiatan donor darah di SD Daarul Qur’an Ketapang, Senin (17/1). Wali murid yang hadir di Daqu Expo bisa mampir ke ruang kelas 1A, tempat donor darah dilakukan. Sumber Daya Insani Daarul Qur’an yang lain juga ikut berpartisipasi.

Donor darah dilakukan 2 jam setelah pembukaan Daqu Expo, yakni pukul 9 pagi. Pimpinan pesantren Tahfiz Daarul Qur’an, Kyai Ahmad Jamil, serta dewan syari’ah Daarul Qur’an, KH Ahmad Kosasih, juga memberikan sumbangan darahnya.

Wakil Kepala Sekolah SD Daarul Qur’an bidang Kesiswaan, Ustadz Zainal Arifin, menjelaskan peserta donor darah mencapai 100 orang. Kebanyakan dari mereka adalah wali murid.

“Kalau kita ngasih darahnya sehat, sedekah darahnya sehat, nanti Allah kasih siklus darah yang sehat juga di dalam tubuh kita”, ujar Kyai Jamil.

Donor darah memang sangat bermanfaat bagi tubuh. Selain membersihkan darah, donor darah juga bisa mencegah penyakit jantung, kanker, kolestrol, dan mempercepat penyembuhan luka.

Kategori
Berita Kegiatan

Semua Anak Bisa Jadi Pengusaha

Keriuhan sudah terlihat sejak pukul 6.30 pagi di SD Daarul Qur’an Ketapang. Siswa siswi mengenakan pakaian dari berbagai daerah. Tak hanya dari nusantara tapi juga beberapa negara di dunia. Di hadapannya sudah ada berbagai masakan yang siap disantap. Eits, tapi tunggu dulu, masakannya ga gratis. Masakan itu mereka jual dalam kegiatan Daqu Expo, Senin, 17 Februari 2020. Tenang, harganya ga akan bikin kantong jebol.

Daqu Expo dibagi 2 tema tenant. Kelas 1, 2, dan 3 yang tergabung dalam Lower Grade menjajakan masakan nusantara. Sebut saja Betawi dengan asinannya, Jawa Barat dengan cendolnya, Palembang dengan pempek kapal selamnya, Bali, Jawa Tengah, Belitung, dan lain-lain. Sementara kakak-kakaknya di kelas 4 dan 5 yang ada di Higher Grade menyajikan hidangan mancanegara. Misalnya Jepang dengan lezatnya sushi, Turki dengan Kebab yang mengenyangkan, sampai India dengan jajanan pasarnya yang khas.

Pembina Daarul Qur’an, KH Yusuf Mansur, turut hadir dalam acara ini didampingi sang istri, Hj Maemunah. Sebagai seorang pengusaha tentu kegiatan seperti ini sangat diapresiasi oleh beliau. Dengan tema “As an effort to grow, creative and innovative enterpreneur”, siswa siswi belajar bertransaski.

Selain berjualan, mereka juga mendemokan masakannya di atas panggung. Dengan adanya hadiah mereka jadi semakin bersemangat, tapi lebih semangat orangtua dan wali kelasnya sih karena pasti mereka yang sibuk masak he he. “Kebab berasal dari Turki. Daging kebab adalah daging sapi, kambing, maupun domba”, begitulah salah satu peserta mempresentasikan hidangannya. Selain itu, berbagai tarian daerah disuguhkan dengan menarik oleh mereka.

Ga cuma diam di tenant, siswa siswi rela menenteng keranjang untuk menjemput pembeli agar dagangannya laku. “Ayo ayo, borong, borong”, kata salah satu siswa menghampiri kerumunan orangtua. Bahkan mereka rela berjalan hingga ke gedung Adh-Dhuha yang berada di luar lingkungan sekolah. Hal itu sebagai pembelajaran bagi mereka dalam berbisnis. Seperti kata Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan SD Daarul Qur’an, Ustadz Zainal Arifin. “Pada intinya kegiatan ini untuk menimbulkan jiwa enterpreneur”. Harapannya kelak mereka bisa jadi pengusaha sukses.

Yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Pengumuman pemenang dibacakan pembawa acara. Di Lower Grade, juara satu diraih kelas 1B dengan hidangan khas Palembang, pempek. Sementara di Higher Grade, titel ini direbut kelas 5B yang menyajikan hidangan khas negeri Menara Pisa. Sementara peringkat 2 di masing-masing grade diraih kelas 2A dengan masakan Jawa Tengah dan kelas 5A dengan hidangan Jepang. Di peringkat 3 kelas 2C merebutnya dengan masakan khas Sulawesi serta kelas 4B dengan masakan Indianya.

Seperti yang sudah diprediksi, pasti orangtua dan wali kelas ikutan heboh. Tapi itu justru semakin menyemarakkan gelaran ini. Setelah berfoto bersama, waktunya mengucapkan “sampai bertemu kembali di Daqu Expo 2021”.

Kategori
Berita Fullday Kegiatan

Akhlak Anak Cerminan Orangtua

“Pengaruh negatif banyak sekali di luar sana dan kita enggak mau mereka tercemar. Membuat anak-anak hebat.”, ujar Miss Safriyeni, The Headmaster of Daarul Qur’an Pre-school dalam sambutannya sekaligus membuka seminar parenting bertema Mendidik Anak Menuju Surga yang dilaksanakan di gedung Al-Fath pada Sabtu (8/2). Seminar parenting ini sengaja diadakan oleh Daarul Qur’an Pre-school guna mewadahi sharing bagi orangtua murid.

Dalam seminar parenting ini hadir pula Kepala Bidang TK Daarul Qur’an, Ustadz Ahmad Syamsudin yang dalam sambutannya menyampaikan kepada para orangtua yang hadir pada seminar kali ini bahwa kita sebagai orangtua bisa mendidik anak-anak agar kelak mereka tidak menjadi musuh kita di hadapan Allah.”

Ida S. Widayanti, M.Pd.I, narasumber dalam seminar parenting ini mengawali materi pagi ini dengan menyampaikan sepotong ayat dalam surat At-Taghabun yang artinya anak adalah penyejuk pandangan (perhiasan).

“Spiritualitas, akhlak, dan agama anak-anak kita adalah menjadi tanggungjawab kita sebagai orangtua.”, ujar Ida. “Begitu pula dengan pikiran dan kata-kata yang nantinya sangat berpengaruh kepada tindakan, kebiasaan, bahkan karakter, juga nasib.”

Tidak hanya dalam bentuk materi, Ida juga mengajak para orangtua murid yang hadir untuk turut ikut mempraktikkan secara langsung sejumlah tips yang disampaikannya dalam seminar ini, diantaranya bagaimana cara menggali masalah terpendam dalam diri anak, bagaimana cara menasihati anak, juga strategi dalam menumbuhkan kreativitas anak.

Para orangtua murid yang hadir turut antusias dalam mengikuti jalannya seminar hari ini. Berbagai tanggapan berupa pertanyaan terkait cara bersikap kepadaanak pun terlontar dengan harapan mendapat jawaban berupa solusi dari narasumber hari ini.

Ida menyampaikan bahwa banyak diantara orangtua yang tidak menyadari bahwa the lower is the stronger bahwa semakin rendah nada bicara kita maka semakin besar kekuatan bicara kita. Tidak harus dengan nada tinggi saat berbicara kepada anak, karena justru ketika kita berbicara dengan nada rendah anak akan menangkap apa yang kita bicarakan kepada anak.

Saat bicara kepada anak, namun diacuhkan, orangtua pada umumnya menaikkan nada bicaranya dengan tujuan anak akan mendengar apa yang dibicarakan dan langsung menuruti apa yang orangtua minta. Namun pada kenyataannya tidak seperti itu. Nada tinggi saat kita bicara kepada anak justru akan merusak mentalnya. Mindset anak terhadap orangtuanya akan berubah. Dia akan terus ingat sampai usia dewasanya bahwa orangtuanya suka bicara dengan nada tinggi.

“Pendidikan bukan ember yang harus diisi. Pendidikan adalah api yang harus dinyalakan.”, ujar Ida. “Begitu pula dengan karakter. Karakter tidak dibentuk, tapi dibangun.”, lanjut Ida menjelaskan.

Mengingat ada beragam jenis kecerdasan pada anak, maka ada beragam pula cara menangani anak. Dalam satu keluarga saja, anak pertama dan anak kedua bisa memiliki sifat yang tidak sama. Begitu pula dengan anak ketiga, keempat, dan seterusnya. Ini merupakan tantangan terbesar bagi para orangtua.

Namun, semakin besar tantangan maka semakin bertambah pula ilmu kita sebagai orangtua.

Sebuah kalimat menyatakan dibutuhkan orang sekampung untuk mendidik satu orang anak. “Ini maksudnya adalah bahwa untuk mendidik anak kita, tidak hanya menjadi tanggungjawab kita sebagai orangtuanya. Saat anak kita di sekolah, maka kewajiban mendidiknya diwakilkan oleh para guru di sekolahnya. Saat anak kita berbaur di masyarakat luar, maka kewajiban mendidiknya diwakilkan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya.”, papar Ida.

“Sangat perlu bagi para orangtua melakukan sharing. Sharing dengan sesama orangtua dalam menghadapi permasalahan-permasalahan pada anak.”, ujar Ida sekaligus mengakhiri seminar parenting hari ini.

Kategori
Berita Fullday Kegiatan

KB-TK Daarul Qur’an Hadir di Semarang

“Ini merupakan penandatanganan MoU kedua pada awal tahun 2020 ini.”, Ujar Ustadz Ahmad Jamil mengawali acara penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Yayasan Daarul Qur’an dengan Yayasan Cendikia Insani Semarang, Jawa Tengah untuk pendirian Lembaga Pendidikan KB-TK Daarul Qur’an yang dilaksanakan pada Senin (20/1).

Bertempat di Gedung Adh-Dhuha, MoU pendirian KB-TK DaQu Fullday School ini ditandatangani langsung oleh Ustadz Ahmad Jamil, ketua Yayasan Daarul Qur’an Indonesia yang pada penandatanganan MoU ini bertindak sebagai pihak pertama dengan didampingi oleh Ustadz Lalan Sholahuddin, Ustadz Ahmad Syamsudin, Ustadz Mahfud Fauzi, Ustadz Darul Qutni, serta Ustadz Khairun.

Penandatanganan ini juga dihadiri langsung oleh Direktur Operasional Yayasan Cendikia Insani yang bertindak sebagai pihak kedua yakni Indra Ashoka Mahendrayana yang didampingi oleh Arina Molita sebagai kepala sekolah Yayasan Cendikia Insani.

“Daarul Qur’an menyetujui kerjasama ini sebagai jalan dakwah.”, ujar Ustadz Jamil sesaat sebelum penandatanganan MoU ini dilaksanakan.

KB-TK DaQu School ini nantinya akan hadir di Jl. Kyai Saleh No. 11, Kel. Randusari, Kec. Semarang Selatan, Kab. Semarang, Jawa Tengah.

“Insyaallah kami adakan open house pada tanggal 29 Februari 2020.”, ujar Arina Molita menyampaikan rencana open house KB-TK DaQu Fullday School di Semarang.

Kategori
Berita Fullday Kegiatan

Puluhan Calon Wali Murid Mengikuti Open House Fullday Daqu School Ketapang

TK dan SD Fullday Daqu School menyelenggarakan serangkaian acara silaturrahmi antara calon wali murid dengan kepala sekolah TK dan SD Daqu School. Acara ini terdiri dari seminar parenting, trial class, bazar makanan, serta berkuda dan memanah, pada Sabtu (18/1).

Bertempat di Masjid Nabawi, acara seminar parenting ini dilaksanakan. Diawali dengan sambutan dari Miss Syafriyeni, kepala sekolah TK Daqu School menyampaikan seputar keunggulan dalam pengajaran di TK Daqu School, seperti diterapkannya Daqu Method dalam keseharian, diantaranya anak-anak dibiasakan untuk melaksanakan shalat dhuha sebelum masuk kelas, diajarkan memahami perbedaan antara muslim dan muslimah, juga diajak bermain di alam terbuka.

“Segala yang anak dapatkan di sekolah, baiknya bersinergi dengan apa yang dijalankan di rumah.”, ujar miss Yeni kepada para calon wali murid TK dan SD Daqu School yang hadir dalam silaturrahmi hari ini. Beliau memaparkan bahwa betapa pentingnya sinergi dalam pendidikan anak antara orangtua murid di rumah dengan guru di sekolah. Beliau menyampaikan pula, bahwa jika anak disekolah diajarkan menghafal Qur’an, maka di rumah anak diajak mengulang hafalan Al-Qur’an oleh orangtuanya.

Mr. Zainal Arifin, wakil kepala sekolah SD Daqu School dalam sambutannya menyampaikan bahwa visi dan misi yang dimiliki TK dan SD Fullday Daqu School ini adalah sama, yaitu melahirkan generasi penerus bangsa yang berjiwa enterpreneur dan berjiwa Qur’ani. Maka dari itulah, TK dan SD Daqu School ini menyediakan waktu untuk anak-anak menjalani kegiatan tahfizh setiap hari di sekolah.

Usai sambutan dari kepala sekolah TK dan SD Daqu School, acara dilanjutkan dengan seminar parenting yang pada kesempatan ini disampaikan oleh Adlil Umarat yang akrab disapa dengan Pak Ading. Beliau mengangkat tema “Merawat Cinta Suami-Istri Untuk Mengoptimalkan Pengasuhan Anak”.

Tidak hanya membahas tentang bagaimana seharusnya suami dan istri bersikap satu sama lain, beliau juga memaparkan secara mendalam terkait pengasuhan anak, bagaimana cara berbicara kepada anak, bahkan bagaimana menyampaikan kata “maaf” kepada anak.

Pada kesempatan ini beliau juga memberikan beberapa contoh terkait pembahasan dan meminta para wali murid yang hadir untuk mempraktikkan langsung apa yang telah beliau contohkan, “karena pada dasarnya setiap materi yang diterima bukan hanya cukup didengar saja, tapi kita butuh praktik agar mengerti bagaimana pengaplikasian yang semestinya.”, ujar Pak Ading kepada para calon wali murid.

Sementara itu, di area TK Daqu School dilaksanakan trial class. Kegiatan dalam trial class ini meliputi melukis pakaian, membuat kue bola-bola cokelat, juga membuat prakarya berbentuk bingkai foto. Telah disiapkan cat air, kaos putih polos, stik eskrim, lem, juga aneka bahan makanan seperti messis seres, biskuit, dan susu kental manis.

Dalam pengawasan guru, anak-anak diberi kebebasan untuk berkreasi. Tidak takut kotor dan tidak khawatir dengan salah. Anak-anak diajarkan untuk mengekspresikan kreativitasnya masing-masing dengan menggunakan bahan-bahan yang telah disediakan sebelumnya oleh para guru.

Di waktu yang sama, di koridor sekolah SD Daqu School tepatnya di lantai 1, dilaksanakan pula bazar makanan dan minuman.

Juga di lapangan sekolah yang berlokasi depan gedung Al-Fatihah, dilaksanakan simulasi berkuda dan memanah untuk para calon murid TK dan SD Daqu School. Dalam pengawasan coach, anak-anak secara bergantian dapat terlibat langsung dalam kegiatan berkuda dan memanah ini.