Kategori
Berita Berita Foto kisah alumni Pesantren

Saatnya Bangun IKADAQU di China

“Ini adalah kesempatan kalian untuk melebarkan sayap alumni Daqu, jika sudah ada IKADAQU di Madinah dan Mesir, maka dengan pertemuan kali ini ustadz berharap juga ada nantinya IKADAQU China”. ujar ustadz Darul Qutni, selaku Kepala Biro Akademik dan Litbang Daqu.

[vc_row][vc_column][vc_column_text]Perjalanan santri kelas 12, angkatan 8, Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an  kini berada di masa-masa akhir, setelah menempuh pendidikan di Pesantren Daqu, santri-santri kemudian akan terjun ke masyarakat dan juga melanjutkan pendidikannya di universitas.

Beberapa alumni Pesantren Daqu telah membuktikan dirinya dapat bersaing di kancah global, beberapa dari mereka talah tergabung dalam Ikatan Alumni Daarul Qur’an (IKADAQU) di berbagai daerah dan negara. Kini ada IKADAQU Mesir, IKADAQU Madinah, IKADAQU Yogyakarta, dan sebagainya.

Untuk mempersiapkan itu semua, tim Biro Akademik dan Litbang Daqu memiliki kegiatan tahunan berupa pembekalan khusus untuk kelas akhir di Pesantren Daqu.

Kegiatan yang berupa pematangan di berbagai disiplin ilmu teori hingga praktiknya juga membuka wawasan seputar dunia kemasyarakatan dan seminar Universitas kelas dunia digelar.

Kamis (22/2) Pesantren Daqu kedatangan Kak Afif dan Kak Santi, dua mahasiswa dan mahasiswi Indonesia yang sedang menempuh program doktoral di negeri tirai bambu, China.

Kak Afif dan Kak Santi, yang keduanya sedang mengenyam pendidikan di Central China Normal University ini kemudian berbagi pengalamannya di hadapan santri-santri kelas 12 di Aula Al Ikhlas,  Pesantren Daqu, Ketapang.

“Ini adalah kesempatan kalian untuk melebarkan sayap alumni Daqu, jika sudah ada IKADAQU di Madinah dan Mesir, maka dengan pertemuan kali ini ustadz berharap juga ada nantinya IKADAQU China”. ujar ustadz Darul Qutni,  selaku Kepala Biro Akademik dan Litbang Daqu.

Kak Afif mengakui pada awalnya ia teringat dengan masa kecilnya ketika dalam pengajian bersama ustadznya yang kemudian disebutkan sebuah hadits yang berbunyi “tuntutklah ilmu sampai ke negeri China”. Dari hadits itulah kemudian ia bertekad dan berusaha supaya dapat melanjutkan pendidikan di China dan ia kini tergabung dalam program Magister Diplomasi di China.

Beda kisah dengan kak Santi, ia memaparkan bahwa pada dasarnya ia merupakan orang biasa yang bahkan belum tahu Jakarta itu seperti apa. Saat lulus dari sebuahSMA di Bengkulu ia berhasil mendapatkan nilai Ujian Nasional peringkat 5 se-Bengkulu dan kemudian mengajukan beasiswa ke pemerintah untuk studi ke China, dan hingga kini di usianya yang genap 25 tahun ia sedang menempuh program Doktoral Hubungan Internasional di Central China Normal University.

Tak sampai disitu, santri-santri kelas 12 yang terkesima dengan kedua kisah tersebut kemudian aktif sekali ketika sesi pertanyaan dibuka, beberapa mereka bertanya bagaimana kondisi muslim di sana, dokumen dan persiapan apa saja untuk studi di sana hingga ada yang bertanya seputar aliran wushu apa saja yang ada di universitas di China.

Sebelum diakhiri kak Santi mengabarkan bila ada 10 kuota yang ia bawa khusus program teknik dan full beasiswa untuk santri-santri Pesantren Daqu, lantas ini kemudian disambut dengan riuh ramai dan kesepuluh kuota telah di penuh oleh santri Daqu, yang kemudian akan didiskusikan kembali dengan orangtua santri juga guru-guru.[/vc_column_text][vc_media_grid grid_id=”vc_gid:1519375886699-f76f96f3-47dd-8″ include=”16708,16711,16712,16713,16714,16715,16716,16717,16718,16719,16720,16722″][/vc_column][/vc_row]