Kategori
Berita Kegiatan Pesantren Ungaran

Kita Tidak Berpisah Karena Senantiasa Terhubung Oleh Doa

“Kesuksesan sejati ialah ketika apa yang kita punya, kita kerahkan untuk mengharap ridho Allah SWT yang menghantarkan kita pada kesuksesan akhirat,”

Dibuka dengan prosesi wisuda serta ikrar wisudawan, Haflah Akhirussanah atau tasyakuran wisuda angkatan 7 Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Semarang (29/5), Ungaran, Kel. Keji, Kab. Semarang berlangsung meriah. Acara yang dilaksanakan di Lapangan pesantren ini juga dihadiri para wali santri, para tokoh masyarakat, serta Kepala Pengembangan Pesantren Daqu, Ustadz Kholid Hidayatullah. 

Ikrar santri untuk berpegang teguh pada nilai-nilai islam dan Daqu Method, dipertegas oleh M. Abdi Perdana, salah satu santri yang ditunjuk untuk memberikan sambutan. 

Selain pesan untuk teman-temannya, Abdi juga berterima kasih serta memohon maaf pada orang tua, seluruh asatidz dan SDI Pesantren Daqu. 

“Kami juga meminta maaf kepada Allah SWT, orang tua karena merepotkan, minta maaf juga jika belum seseuai harapan kalian. 

“Kepada asatidz Pesantren Daqu, karena sering merepotkan dengan segala kelakuan kami. Mohon dimaafkan dan doakan,” jelas abdi. 

Setelah sambutan tersebut, santri asal Tarakan, Kalimantan Utara, ini turun diiringi tepuk tangan hadirin. 

Setelah perwakilan santri, kini giliran wali santri yang menyampaikan sambutan. Adalah Bapak Sugiharto, ayahanda dari ananda Sahrul Ramadhan Lougine D, santri asal Semarang. 

Dalam kesempatan tersebut, beliau menjelaskan bagaimana para wali santri menyaksikan perkembangan anak-anaknya yang begitu pesat di Pesantren Daqu Semarang, baik secara fisik maupun akal. 

“Kita bisa menyaksikan hafalan anak-anak kita, awalnya belum punya hafalan sekarang bahkan sudah ada yang khatam Al-Qur’an. Kami sangat terharu. 

“Begitu hebatnya mereka. Kami saja juz 30 tidak hafal-hafal. Capaian ini tak lepas dari kerja keras, cerdas dan ikhlas seluruh yang terlibat di pondok pesantren ini. 

“Kami mengucapkan banyak terima kasih, sekali lagi, untuk semua yang terlibat dalam proses bimbingan dan asuhan anak-anak kami di pesantren ini,” ugkap Bapak Sugih. 

Beliau sekaligus mendoakan para santri dan Pesantren Daqu Semarang agar terus meraih kesuksesan dan keberkahan di kemudian hari. 

“Kepada anak-anak kami, capaian ini memang tidak mudah. Perlu perjuangan. Patut disyukuri. Bersyukur bukan hanya ucapan alhamdulillah tapi juga melaksanakan tanggung jawab yang melekat pada kalian. 

“Teruskan apa yang diajarkan di pesantren. Jaga akhlak dan adab kalian. Kemudian jaga silaturrahmi pada siapa saja yang selalu mengajak kebaikan. Juga jaga silaturrahmi antar sesama alumni Pesantren Daqu Semarang,” jelas beliau. 

Karena sejatinya, doa tersebut adalah agar para santri menuju kesuksesan sejati.

“Kami doakan kalian mendapatkan kesuksesan sejati. Apa itu? Bukan hanya penghargaan, kesuksesan dunia, harta berlimpah, bukan. Kesuksesan sejati ialah ketika apa yang kita punya, kita kerahkan untuk mengharap ridho Allah SWT yang menghantarkan kita pada kesuksesan akhirat,” tutup Bapak Sugih yang sempat menitikan air matanya itu. 

Lalu ayah para santri di pondok pun tak ketinggalan memberikan pesannya. Beliau ialah KH Mulyanto, Pengasuh Pesantren Daqu Semarang. 

Ustadz Mulyanto menekankan untuk terus berpegang pada Daqu Method. Daqu Method sendiri adalah 7 poin kebaikan sebagai bekal para insan Daqu. 

“Kalian yang harus mewarnai dengan Daqu Method. Tebarkan kebaikan,” jelas beliau.

Beliau meneruskan pesannya dengan mengingatkan agar para santri menjadi sebaik-baiknya manusia. Yakni sesuai hadits Rasulullah SAW. 

Khoirunnas ‘anfau linnas. 

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia lain. 

Sebelum meninggalkan panggung, Ustadz Mulyanto memberikan sedikit kejutan. Ayahanda Yusuf Mansur yang hari itu tidak berkesempatan hadir ternyata telah menitipkan pesan via voice note pada Ustadz Mulyanto. 

Dalam pesannya, Ayahanda Yusuf Mansur berpesan 3 hal: 

Pertama, Tidak ada kita yang berpisah. Karena kita senantiasa saling doa dan mendoakan. Minimal dengan kalimat yang sifatnya menyeluruh khususnya untuk seluruh keluarga besar Daarul Qur’an serta turunannya hingga akhir zaman. 

Kedua, kita tidak pernah terpisah dengan semua umat Nabi Muhammad SAW. Kita harus berdoa untuk semua umatnya nabi. Kewajiban kita berdoa untuk semua umatnya nabi dengan penuh keberkahan dan keridhoan. 

“Ketiga, kita juga tidak akan pernah terpisah dengan orang-orang yang kita spesialkan. Semua orang. Ayah berharap, ayah adalah orang yang dispesialkan. Hehehe. Ayahanda kami, Yusuf Mansur, gitu, hehehe,” jelas Ayahanda Yusuf Mansur.

“Doa itu super kuat, hebat. Karena Doa mengundang kemampuannya Allah SWT. Jangan lupa pegang terus Al-Qur’annya, jangan pernah terpisah dengannya,” lanjut beliau sekaligus menutup pesannya. 

Sebuah perpisahan pasti menyisakan kenangan. Bagi para santri salah satunya prestasi yang mereka torehkan kala mondok. 

Karena itu, Pesantren Daqu pun memberikan apresiasi bagi para santri berprestasi. Ada 3 kategori, yakni tahfizh, akademik serta dirosah. Kategori tahfizh diraih oelah M. Abdi Permana dan Fabian Rajendra Brahmantyo. Terbaik Kategori Akademik diberikan kepada Fardan Nafi Maufida. Sementara itu terbaik 

Kategori Dirosah diraih Muhammad Hanief Abdullah.

Para wali santri pun tak mau ketinggalan memberikan kenang-kenangan pada pondok yang telah mendidik anak-anak mereka. 

Wakaf paving blok serta jalan menuju gedung baru menjadi hadiah dari para wali santri. Ustadz Mulyanto pun dengan penuh rasa syukur menerimanya. 

Akhirnya, sebuah persembahan dari para santri menutup acara hari itu. Acara yang penuh suka cita sekaligus rasa haru yang mendalam.