Kategori
Berita Berita Tahfidz

Irfan Menjadi Santri Hafizh Qur’an Kedua di Angkatan Ketiga Pesantren Daqu Jambi

Jum’at sore (27/1/2022), di Masjid Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Jambi, para santri telah berkumpul, juga para asatidz serta pengasuh Pesantren Daqu Jambi, Kyai Nurul Jannah Adhatul Mauli atau biasa disapa Ustadz Uyung.

Sore itu menjadi spesial karena Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Jambi, sekali lagi, menelurkan seorang hafizh Qur’an.

Irfansyah Eka Wijaya, atau biasa dipanggil Irfan, adalah santri kelas 9. Putra dari Ayah Jayadi ini berasal dari Kecamatan Sungai Bahar, Muaro Jambi, tak jauh dari lokasi Pesantren Daqu Jambi, di Pelempang, Mestong, Kabupaten Muaro Jambi.

Berkumpulnya santri dan para asatidz memang sebab Irfan. Karena di momen itu, ia mengikuti seremoni Khotmil Qur’an 30 juz dan menjadi santri Pesantren Daqu Jambi kedua di angkatannya yang berhasil menghafal seluruh isi Al-Qur’an. Irfan mengikuti jejak temannya, Abdurrosyad, yang Juga menjabat Ketua Organisasi Santri Daarul Qur’an atau OSDAQU.

Irfan merupakan santri dari halaqoh Ustdaz Fiqih. Ustadz Fiqih sendiri merupakan Kepala Tahfizh Pesantren Daqu Jambi.

Capaian Irfan dibilang spesial karena sejatinya target tingkat SMP untuk seluruh santri Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an adalah 15 juz. Pesantren Daqu Jambi sendiri hanya membuka jenjang pendidikan tingkat SMP.

Irfan memeroleh prestasi berkat kegigihannya dalam menghafal. Apalagi, ketika baru masuk Pesantren Daqu Jambi, Irfan hanya punya modal hafalan juz 30.

Ustdaz Uyung selaku Pengasuh Pesantren Daqu Jambi tentu bersyukur akan pencapaian Irfan. Kata beliau, dengan begitu, Pesantren Daqu jambi kembali meneruskan tradisi mencetak hafizh Qur’an 30 Juz setiap tahun.

Sebelumnya, cerita Ustadz Uyung lagi, Pesantren Daqu Jambi yang dahulu masih berstatus Pesantren Takhassus Daarul Qur’an sudah menelurkan banyak penghafal Qur’an di angkatan pertama.

Ketika berubah status menjadi pesantren regular di tahun kedua, tradisi hafizh Qur’an itu diteruskan oleh seorang santri dari total jumlah santri angkatannya sebanyak 11 orang. Kemudian di tahun ketiga, Irfan menjadi penerus estafet pretasi tersebut.

“Insya Allah ada beberapa santri lagi yang mau menyelesaikan,” terang Ustadz Uyung.  

Menurut Ustdaz Uyung, Irfan adalah seorang anak yang disiplin. Ia juga rajin dan punya kemauan untuk menghafal. Selain itu, Irfan yang menjabat Sekertaris OSDAQU ini juga berprestasi.

“Di Daqu Competition saat Irfan kelas 8, berhasil menjadi juara cabang lomba Karya Tulis Ilmiah,” jelas Ustadz Uyung.  

Tentu harapan membumbung setalah Irfan menyelesaikan hafalan Al-Qur’an. Dari orang tua, guru, teman, dan semua orang yang mencintai Irfan. Seperti yang juga diutarakan Ustadz Uyung.

“Harapannya istiqomah dan melanjutkan hafalannya. Karena hafalan bukan hanya sekedar dihafal, tapi kemudian mulazamah (berupaya agar hafalan tidak hilang). Nanti kita mempertanggungjawabkan hafalan kita di hadapan Allah SWT,” papar Ustadz Uyung.

Selain itu, Ustadz Uyung juga berharap seluruh santri Pesantren Daqu Jambi bisa mengikuti jejak Irfan. “(Agar bisa) melanjutkan keinginan, harapan, dan cita-cita orang tuanya,” tukas Ustadz Uyung.  

“Kalau ingin dicintai Allah, salah satu medianya dengan Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an mendekatkan kita pada Allah SWT. Maka, tiada hari tanpa Al-Qur’an,” terang Ustadz Uyung dengan pesan yang ditujukan kepada seluruh orang yang ingin atau sedang dalam proses menghafal Al-Qur’an.   

Kategori
Berita Berita Tahfidz Pesantren

Malam Penghargaan Bagi Para Santri Penghafal Al-Qur’an yang Berprestasi

Jum’at, 16 April 2021 lalu, Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an memberikan penghargaan pada para santri yang berprestasi di bidang tahfizh dalam rangkaian acara Tahfizh Award. Acara yang berlangsung di tengah Bulan Ramadhan ini digelar di Masjid Nabawi, Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Tangerang, seusai pelaksanaan Sholat Tarawih berjama’ah.

Dalam acara ini, para santri yang berhasil memenangi kompetisi Musabaqoh Hifzhil Qur’an atau MHQ diberikan penghargaan. Selain itu, para santri yang lulus sertifikasi hafalan Qur’an dalam halaqohnya juga memperoleh hadiah. Pemberian penghargaan dihadiri langsumng oleh Pimpinan Daarul Qur’an Direktorat Pendidikan, KH Ahmad Jamil serta Pengasuh Pesantren Daqu Tangerang, KH Syaiful Bahri.

Acara dimulai dengan iringan sholawat dan hadroh. Selanjutnya Kyai Syaiful memberikan sambutan yang dilanjutkan oleh Kepala Tahfizh Pesantren Daqu Tangerang, Ustadz Hamzah Arofah. Keduanya mengucap syukur, memberi selamat bagi para penerima penghargaan sekaligus memotivasi santri yang lain agar mampu menorehkan prestasi serupa, bahkan lebih.

Kyai Jamil pun turut memberikan motivasi dan doanya dalam sambutannya. Ia menjelaskan, “dalam Al-Qur’an sudah ada reward dan punishment. Maka, selain menhgharap ridho Allah, kejarlah reward dari Allah itu,” tukasnya.

Selain itu, acara ini juga mengumumkan para santri dan halaqoh terbaik dalam bidang tahfizh. Sambutan takbir dan tepuk tangan pun bergemuruh dari tiap angkatan tatkala nama mereka disebutkan.

Oleh: Ifkar Hasbi, Santri Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Tangerang, Kelas 11

Kategori
Berita Berita Tahfidz

Keajaiban Doa dan Sholawat Alifa Beserta Ibunda di Wisuda Tahfizh Nasional 2020

Ada yang menarik di perhelatan akbar Wisuda Tahfizh Nasional (WTN) 2020 kali ini. Para pimpinan Daarul Qur’an justru menggelar siaran langsung daring dari Yogyakarta di Pesantren SahabatQu di Jl. Deresan, Sleman pada Kamis malam (22/10). Pasalnya baru pada Rabu pagi (21/10) para pimpinan Daarul Qur’an, Ayahanda KH. Yusuf Mansur, KH. Ahmad Jamil, H. M. Anwar Sani, dan H. Tarmizi baru saja pulang melayat dari Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo setelah mendengar berita duka dari Allahuyarham KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, pimpinan Pondok Pesantren Modern Gontor.

Keputusan siaran langsung daring Pimpinan Daarul Qur’an diambil tepat 8 jam sebelum acara berlangsung. Aula Humaira Pesantren SahabatQu dirubah menjadi studio dalam sekejap. Gerangan, keputusan Yogyakarta menjadi tempat mewisuda 428 santri Tahfizh Daarul Qur’an dari seluruh Indonesia itu terus perlahan memberi hikmah. Salah satu  santri Rumah TahfidzQu Yogyakarta, Alifa Aisya (15), berjalan pelan memasuki ruang aula Humaira, lengkap dengan selendang wisuda, gamis putih, dan mahkota di kepalanya. Alifa malam itu menjadi satu-satunya peserta Wisuda Tahfizh Nasional (WTN) 2020 yang diwisuda langsung oleh seluruh pimpinan Daarul Qur’an. Dengan malu-malu Alifa diantar oleh ustadzah dan seorang temannya. Pelan-pelan Alifa maju naik ke atas panggung.

Di atas panggung, di antara empat pimpinan Daarul Qur’an, hikmah didapat. Doa dan sholawat Alifa dan Ibundanya agar Alifa dapat diwisuda langsung oleh Ayahanda Yusuf Mansur diijabah langsung oleh Allah SWT. “Alifa sangat ingin bertemu dengan Ayahanda Yusuf Mansur, ustadzahnya di Pesantren SahabatQu menceritakan pada saya kalau Alifa sejak masih di Pesantren Daarul Qur’an Cikarang selalu berdoa untuk dapat wisuda di depan Ayahanda, ingin salim Ayahanda Yusuf,” terang Amelda, ibunda Alifa.

Malam itu, awalnya Alifa mengikuti acara wisuda daring di asrama Pesantren SahabatQu, namun mengetahui Ayahanda Yusuf siaran langsung di aula Pesantren SahabatQu, Alifa pun langsung turun untuk menjumpai beliau tapi dicegah oleh satpam. Alifa kembali ke asramanya dengan kecewa hingga sholawat pun mulai dipanjatkan Alifa.

Amelda mengatakan kesedihannya tidak bisa mendampingi anaknya wisuda daring. Melihat anak-anak lain diwisuda dengan didampingi orang tuanya sementara Alifa harus sendiri di pondok membuat dirinya begitu sedih, jarak dan kondisi yang tidak memungkinkan membuat dirinya harus mengurungkan keinginanya mendampingi Alifa. Apalagi Alifa tidak bisa pergi dari pesantren mengingat kegiatan di pesantren harus tetap diikutinya. Akhirnya sang Ibunda hanya bisa menitipkan pesan. Amelda pun menghubungi Ayahanda Yusuf Mansur untuk memintakan doa secara khusus untuk sang putri, Alifa. Tepat saat itu Ayahanda Yusuf langsung memanggil Alifa.

Alifa terlihat begitu senang, matanya berbinar. Alifa hanya tersenyum, berkaca-kaca dan penuh haru ketika ditanya perasaannya, tak bisa dikata-kata, seperti itulah karena begitu bahagianya Alifa. “Seneng banget alhamdulillah, aku sudah berdoa untuk ini sejak masih di Daarul Qur’an Cikarang,” jawab Alifa.

Alifa adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Gadis asal Kalimantan Barat ini sudah hampir setahun nyantri di Pesantren SahabatQu. Sebelumnya Alifa adalah santri di Pesantren Daarul Qur’an Cikarang, sudah hampir empat tahun lamanya Alifa memulai menghafalkan Al-Qur’an, dimulai ketika pertama kali masuk di Pesantren Daarul Qur’an Cikarang bertepatan dengan dirinya memasuki kelas tujuh SMP.

Keinginannya menghafal Al-Qur’an bisa dibilang sejak usia sekitar 8 tahun. Ibunda Alifa, Ria Amelda bercerita bahwa sedari mengandung Alifa memang sudah berkeinginan memiliki anak seorang hafidz Qur’an. Berbagai amalan doa, dzikir, dhuha dan sunnah-sunnah lain sudah ibu Ria istiqamah-kan bahkan sebelum mengandung Alifa.

Akhirnya sejak kecil Alifa sudah didekatkan dengan Al-Qur’an. Bahkan sebelum usianya genap 8 tahun ibunda Alifa sudah mendatangkan seorang guru ngaji ke rumahnya di Kalimantan Barat, guru ngaji yang didatangkan sang ibu juga seorang Qari’ sehingga Alifa betah untuk belajar Al-Qur’an karena menyukai bacaan murottal dan tilawah.

Tepat ketika menginjak kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah (MI) Alifa sudah menyatakan keinginannya masuk ke pesantren tahfidz Al-Qur’an. “Alifa dari kelas 3 MI sudah bilang keinginannya untuk mondok di pesantren tahfidz tapi tidak di Pontianak,” kisah Amelda.

Menengok perjalanan Alifa dan dukungan keluarganya yang begitu kuat kita dapat belajar bahwa menjadi seorang anak yang hafidz Al-Qur’an memiliki berbagai dimensi yang sebaiknya dipenuhi guna menuju hafalan yang mutqin dan istiqamah. Ikhtiar ibunda Amelda sejak mengandung Alifa menjadi pelajaran bagi kita bahwa semua bentuk hajat atau keinginan luhur memang perlu diikhtiarkan, apalagi sampai saat ini ibunda Amelda juga tercatat sebagai wali asuh bagi penghafal Al-Qur’an.

Jika mau dilihat bisa jadi semua yang dicapai Alifa saat ini, berbagai kemudahannya dalam menghafal Al-Qur’an adalah berkah dari ikhtiar sang ibunda dan juga dirinya, keikhlasan ibundanya, keluarganya, dan juga Alifa dalam menjalankannya. Benarlah akan berbagai fadhilah sholawat ketika berdoa. Masya Allah, kekuatan doa Alifa menghangatkan perhelatan Wisuda Tahfizh Nasional malam itu. Hingga pada malam itu, Alifa Aisya adalah satu-satunya dari 428 wisudawan dan wisudawati yang diwisuda di depan para Pimpinan Daarul Qur’an. Sholu ‘alaa Nabiy….

Kategori
Berita Berita Tahfidz

Harta Karun Paling Berharga Adalah Menghafal Qur’an

3 orang santri sudah bersiap di depan para santri lainnya. Sore itu, dalam saung di area pohon jamblang, Pesantren Tahfizh Daqu Tangerang, Jum’at (11/9/2020) jadi momen spesial buat mereka. Pasalnya, ketiganya akan diseremonikan sebagai tanda selesai menyetorkan hafalan Al-Qur’an 30 juz.

Di bawah bimbingan Ustadz Dendi Suhendi, Gamal Abdel Naser, Rizki Pangestu dan Fadli Ahmad berhasil menggapai cita-citanya kala masuk pondok, yakni menghafalkan Al-Qur’an. “Mudah-mudahan nanti di akhirat Al-Qur’an dapat memberi pertolongan”, ucap doa dari sang mentor, Ustadz Dendi Suhendi.

Memasuki tahun terakhir di pondok semakin memacu mereka dalam menghafal Qur’an. Rasa syukur menghampiri meski kedua orangtua mereka tak bisa mendampingi karena takdir Allah pandemi masih bergulir. Namun, mereka tak kehilangan sosok orangtua karena ada kepala Tahfizh Daqu Tangerang, Ustadz Hamzah, yang mengayomi dan menemani perjalanan menghafal mereka selama ini.

“Orangtua jadi tanggungjawab kita, bagaimana di dunia mereka bisa menyaksikan kita sebagai anak sholeh, penghafal Qur’an dan di akhirat kita janjikan mahkota”, pesan Ustadz Hamzah pada ketiganya.

Allah pun menjanjikan tempat spesial bagi para penghafal Qur’an. Syaikh Ahmad Anas Karzon, Pimpinan Badan Internasional Penghafal Al-Qur’an, mengatakan kalau menghafal Qur’an adalah harta karun paling berharga, nilainya lebih dari seluruh harta karun yang ada di dunia.

“Tolong jaga amanah ini. Karena sulitnya amanah menghafal Qur’an. Kalau gak ada lagi yang menghafal Qur’an, bisa hancur dunia”, kata Ustadz Hamzah melanjutkan pesannya.  

Gamal, Rizki dan Fadli bergabung ke gerbong para penghafal Qur’an yang sebelumnya telah banyak ditelurkan lewat wasilah mondok di Pesantren Daqu. Layaknya yang dirasakan para pendahulunya, tentu ini bukan akhir dari khidmat mereka pada Al-Qur’an. “Ini bukanlah perjuangan pertama, tapi langkah awal. Siapa yang hafal Qur’an harus menjaga dan mengamalkannya”, tutur Gamal.

Santri Asal Aceh ini pada awalnya mengaku ragu mengikuti ujian setoran hafalan akhir. Karena ia merasa tak memiliki peningkatan hafalan kala ujian setoran hafalan berulang kali hadir. Namun, Allah SWT menolong hambanya yang menghafal Qur’an. Seperti kata Ustadz Hamzah, istilah sulit yakni pada pengimplementasian isinya mengingat godaan yang begitu besar di dunia, bukan ketika menghafalnya.

Kategori
Berita Berita Tahfidz Kegiatan Pesantren

Daurah Qur’an Bersama Syaikh Jaarullah

Bertempat di Gedung Al-fath, Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Ketapang, dilaksanakan daurah Qur’an bersama Syaikh Dr. Abdullah bin Muhammad bin Sulaiman Jaarullah yang didampingi oleh Syaikh Dr. Abdullah bin Ali Zaid Al-Ghaili dan Ustadz Hamzah Arafah sebagai penerjemah, daurah ini mengangkat tema “Barnaamij Istiqab Al-Mumayyiziina minal Haafizhiina wal Haafizhaat fii Al-Madinah Al-Munawwarah” yang artinya; “Kegiatan-kegiatan yang Sangat Menarik untuk Para Haafizh dan Haafizhah di Madinah Al-Munawwarah”.

Syaikhah Fatimah dan Syaikhah Asma, pengajar Qur’an asal Yaman di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Putri Cikarang juga hadir pada daurah ini.  Turut hadir pula sejumlah guru tahfizh dari Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Shigor putri, Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Putri Cikarang, juga Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Takhassus Putri, serta beberapa santri terbaik dalam bidang tahfizh. Hadir pula Ustadzah Yeni Khairani pada daurah ini mewakili Muslimah Daqu.

“Ini merupakan kesempatan emas bagi kita semua, untuk teman-teman semua yang hadir pada daurah hari ini sehingga bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk belajar secara langsung bersama Syaikh Dr. Abdullah Jaarullah.”, ujar KH. Ahmad Jamil membuka dauroh pada Kamis (5/3).

“Sebagaimana dalam hadits Rasulullah yang sering kita dengar, Khairukum man ta’allamal Qur’ana wa ‘allamahu.”, ujar Syaikh Jaarullah memulai paparannya dalam dauroh ini. “Khair yang didapat dalam mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an ini adalah khair yang sempurna, yakni khairiyyatuddiin wa khairiyyatuddunya, khair dalam urusan agama dan khair dalam urusan dunia. Maksudnya, adalah kebaikan di dunia dan akhirat.”

Dalam daurah Qur’an ini, Syaikh Jaarullah tidak bermaksud untuk menjelaskan secara gamblang terkait keutamaan membaca Qur’an, beliau ingin mengenalkan kepada peserta daurah Qur’an hari ini bahwa ada begitu banyak kegiatan untuk para hafizh dan hafizhah yang diselenggarakan di Madinah Al-Munawwarah. Mengingat kegiatan ini berlangsung selama satu bulan full, maka peserta kegiatan ini menjalani karantina dengan mempersilahkan para hafizh dan hafizhah menyetorkan hafalannya untuk kemudian mendapatkan sanad. Peserta dalam kegiatan ini masing-masing memiliki satu guru, sehingga bisa intens dalam menyetorkan hafalannya.

Disamping menyetorkan hafalan, para peserta dalam kegiatan ini juga dapat memperbaiki makhraj. Kegiatan yang sengaja diadakan untuk para hafizh dan hafizhah ini bermaksud menjadi wadah pembelajaran bagi para hafizh dan hafizhah.

Lengkap dengan berbagai fasilitas penunjang karantina, diantaranya buku dan tas. Tidak hanya berfokus pada pembetulan bacaan Qur’an dan muraja’ah saja, karantina ini juga diisi dengan diskusi bersama para syaikh dan syaikhah. Juga ada rihlah tarbawiyah, seperti ke museum-museum bersejarah, museum Al-Qur’an di Madinah, sejumlah masjid, dan tempat-tempat lainnya.

Syaikh Jaarullah menyebutkan bahwa ada salah satu santri Daarul Qur’an asal Bandung yang telah menjadi salah satu peserta karantina di sana hingga mendapatkan sanad. Muhammad Syaddaad, Namanya. Syaddaad ini menjadi salah seorang yang mendapatkan keberkahan dari Syaikh Makki.  Mengapa demikian ? karena Syaikh Makki ini merupakan salah satu syaikh yang sangat sibuk, sehingga begitu sulit ditemukan ditengah kesibukannya mengurus urusan ummat. Namun, Syaikh Makki rela meluangkan waktu dapat menghadiri dan memberikan secara langsung ijazah sanad untuk Syaddaad.

Ustadz Hamzah Arafah mengemukakan, “Semoga kelak ada salah satu atau beberapa dari kami yang kelak menjadi bagian dari program karantina tersebut”. Pernyataan ini menjadi doa bagi semua peserta daurah hari ini yang sontak mengaminkan kalimat yang dikemukakan olehnya.

“Ada sebuah buku berjudul “Atsaru at-tajwiid fii tadabburil Qur’an”, yang artinya “Pengaruh Tajwid dalam Mentadabburi Al-Qur’an” ditulis oleh Dr. Lasim bin Hamdi Sayyid.”, ujar Syaikh Jaarullah.

Melalui adanya buku tersebut, Syaikh Jaarullah berharap bahwasanya tajwid tidak hanya dipelajari kemudian dipraktekkan saat membaca Al-Qur’an saja, tapi juga menjadi perantara atau washilah untuk meningkatkan pemahaman kita semua dalam mentadabburi Al-Qur’an.

Daurah hari ini ditutup dengan tiga ustadzat dan satu santri terbaik dalam bidang tahfizh yang diminta Syaikh Jaarullah untuk mentilawahkan ayat suci Al-Qur’an di hadapannya, diantanya Ustadzah Hasanah, Ustadzah Masyitah, dan Ustadzah Maha Hamja, dan Syifa’ul Alam.

Kategori
Artikel Berita Tahfidz Pesantren

Arzan Persembahkan Hadiah Terbesar untuk Orangtuanya

Sabtu pagi, setelah melaksanakan Sholat Subuh, adalah jadwal santri Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Ketapang mengaji di halaqohnya masing-masing. Tapi Sabtu (29/2) ini, santri halaqoh Ustadz Imam Wahidin tak langsung menyetorkan hafalannya. Mereka melingkar di salah satu saung di daerah pohon jamblang. Hari itu mereka menyaksikan Khotmil Qur’an salah satu kawannya, Arzan Ahsana Ihya Wijaya.

Kebahagiaan Arzan semakin bertambah dengan hadirnya kedua orangtua. Selain itu, Kepala Tahfizh Daarul Qur’an Ketapang, Ustadz Hamzah Arafah, juga menyaksikan ia membaca beberapa surat Al-Qur’an sebagai tanda berakhirnya hafalan. Seluruhnya khusyuk menantikan momen Arzan resmi menyandang gelar Hafizh.

Sebelum dimulai, Musyrif halaqoh Arzan, Ustadz Imam Wahidin, memberikan wejangan sebagai motivasi bagi Arzan dan seluruh santri. “Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkannya. Kalau harta bisa diwariskan tapi ilmu dia sendiri yang mencari. Perjuangan kamu masih panjang, harus selalu pegang itu Al-Qur’an kalau ingin mutqin”, ujar Ustadz Imam di tengah cuaca mendung pagi itu.

Saat ini Arzan memasuki tahun terakhirnya di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Ketapang. Pencapaiannya ini bisa menjadi contoh bagi adik kelas, teman-teman, hingga saudaranya yang juga mondok di Daarul Qur’an sehingga ia lulus dengan meninggalkan jejak yang mulia.

Sebagai orangtua, sang ayah sangat bersyukur dengan apa yang telah dicapai Arzan. Dengan sedikit terisak, ia berharap ini menjadi kado terindah baginya dan istri sebagai orangtua. “Di mobil sama saudaranya saling muroja’ah, bagi kami itu hadiah terindah. Semoga bisa membawa senyum kami di dunia maupun akhirat. Kita doakan agar semuanya bisa membahagiakan orangtua”.

Dalam Surat Fathir ayat 29, Allah SWT mengganjar kebaikan bagi orang-orang yang ahli dalam mengaji, sedekah, dan sholat. Hal itu juga jadi harapan ayahanda Arzan pada sang anak. “Insya Allah lulus dari sini nafas Al-Qur’annya keliatan. Kami juga berusaha mengkondisikan hati kita dengan Al-Qur’an”.

Ustadz Hamzah menceritakan kisah tentang perjuangan dan kecintaan Rasulullah pada Al-Qur’an. “Rasulullah pernah meminta dibacakan Al-Qur’an untuk menjaga hafalannya. Sebelum wafat beliau mengkhataman Al-Qur’an sebanyak 2 kali, langsung ditalaqikan pada malaikat Jibril”. Begitu mulianya Al-Qur’an hingga Rasulullah SAW yang menerima langsung ayat demi ayat di dalamnya merasakan cinta yang begitu besar.

Tentu saja, dengan hafalan Al-Qur’an yang kita miliki orangtua yang mendidik kita sejak lahir ke dunia akan mendapat syafa’atnya. “Ayah dan bunda mendapatkan berkah Al-Qur’an di setiap langkah dan amalan kita”, ujar Ustadz Hamzah selaras dengan harapan ayah Arzan.

Kategori
Berita Tahfidz Shigor Putri

Saat Najwa Memakaikan Mahkota Kepada Bundanya

Sabtu, 15 Februari 2020, merupakan hari yang sangat membanggakan bagi keluarga besar Daarul Qur’an dengan selesainya hafalan Ananda Najwa Maulida Zahara, kelas 6 SD Shigor Putri, asal Nusa Tenggara Timur. Najwa menyelesaikan hafalan Al-Qur’an 30 Juz dalam waktu 2,5 tahun. Sang ibu yang selalu mensupport untuk menyelesaikan hafalannya menjadi motivasi bagi Najwa. Najwa juga ingin memberikan mahkota pada ibundanya di surga nanti.

Khataman yang berlangsung di Hotel Siti tersebut dihadiri sang bunda serta beberapa pengasuh Shigor putri. Sedih dan senang yang dirasakan oleh ibunda Najwa bercampur dalam ruangan tersebut. Para pengasuh pun ikut terharu.

“Hari ini, Najwa yang selesai hafalannya… besok hari, kalian yang menyelesaikan hafalan nya”, santri lain menyimak kata-kata tersebut yang dihaturkan Ustadz Jaya Rukmana selaku Pengasuh Shigor Putri. Setelah Ustadz Jaya memberikan sambutannya ada proses pemberian Mahkota dari Najwa untuk sang bunda sebagai simbolis bahwa Najwa akan memberikan mahkota itu di surga nanti.

Teman-teman Najwa menyimak dengan khusyuk ketika Najwa membacakan surat Adh-Dhuha sampai An-Nas dan do’a sebagai tanda bahwa ia telah menyelesaikan hafalannya. Semoga ini bisa menjadi motivasi santri lain untuk menyelesaikan hafalannya lebih cepat lagi.

Kategori
Berita Tahfidz Pesantren

Al-Qur’an Memberi Dampak Positif Dalam Kehidupan Kita

Ustadz Saiful Bahri, pengasuh Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Ketapang menyampaikan sebuah nasihat usai menyaksikan khatmil Qur’an 30 juz ananda Novandra, pada Senin (20/1) dengan mengisahkan seorang anak yang selalu menyaksikan ayahnya membaca Al-Qur’an setiap hari.

Ayahnya senang sekali membaca surat-surat pendek mulai dari surat At-Takatsur sampai selesai. Hingga kemudian pada satu hari, anak ini bertanya kepada ayahnya, “Ayah, kenapa ayah baca Qur’an terus tapi kenapa ayah tidak hafal-hafal ?”

Sang ayah kemudian menjawab pertanyaan anaknya dengan meminta anak itu mengambil sebuah keranjang yang terbuat dari bambu. Ayahnya menjelaskan bahwa untuk membuat keranjang ini maka harus dipanaskan terlebih dahulu bambunya, hingga menimbulkan kehitaman dan bambu ini bisa dibentuk.

Kemudian sang ayah meminta kembali anaknya untuk mengambil air laut menggunakan keranjang tersebut lalu airnya dimasukkan ke dalam sebuah wadah yang telah disiapkan oleh ayahnya. Kemudian sang anak pergi melangkah menuju laut untuk mengambil airnya menggunakan keranjang yang pastinya bocor. Belum sampai kembali ke tempat semula, sudah habis air itu. Sang anak terus mengulangi mengambil air laut yang terus habis sebelum sampai ke wadah yang telah disiapkan oleh ayahnya. Kemudian sang anak berkata, “Percuma ayah, saya sia-sia melakukan pekerjaan seperti ini. Lagi pula keranjangnya bolong. Mana bisa membawa air sampai ke wadah ini.”

Lantas, bagaimana respon sang ayah mendengar perkataan sang anak ?

“Jangan mengatakan sia-sia, nak. Jangan mengatakan tidak ada gunanya melakukan pekerjaan ini.”, ujar sang ayah.

Kemudian sang ayah meminta anaknya untuk melihat keadaan keranjang bambu yang ia gunakan untuk mengangkut air laut sedari tadi. “Masih adakah bekas hitam disana ? bekas bambu itu dibakar.”, tanya sang ayah kepada anaknya. Lalu sang anak memperhatikan keranjang bambu tersebut dan menjawab pertanyaan ayahnya, “Enggak ada, yah. Bersih.”

“Begitu pula dengan isi kepala ayah, nak. Kepala ayahmu ini tidak muat untuk menghafalkan Al-Qur’an. Tapi insyaallah apa yang ayah baca itu membersihkan hati ayah.”, ujar sang ayah kepada anaknya memberi kesimpulan.

Ustadz Saiful Bahri menyimpulkan bahwa begitu pula dalam menghafal Al-Qur’an. Untuk mencapai 30 juz ini bukan hal mudah. Bahkan untuk dapat menghafal satu halaman saja butuh diulang hingga ratusan kali agar bisa melekat dengan sempurna.

“Perjuangan seorang anak dalam menghafal Qur’an ini begitu banyak pahalanya. Pahala menghafal Qur’annya, pahala membaca Qur’annya, bahkan pahala kesabarannya, juga pahala-pahala yang lain. Kemudian dibawa kemana semua pahala itu ? dibawa kepada ayah dan bundanya.”, ujar Usatdz Saiful dalam nasihatnya.

Maka pesan kami kepada seluruh santri, khususnya di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an ini, ketika sudah suka membaca Al-Qur’an, ketika sudah senang bergaul dengan Al-Qur’an, jangan sampai Al-Qur’an ini hanya menjadi bacaan-bacaan saja saat kalian sudah selesai menghafalkannya. Jangan jadikan Al-Qur’an ini menjadi bahan perlombaan, menjadi bahan sima’an saja. Tapi akhlak dalam menjadi penghafal Al-Qur’an ini harus mencerminkan apa yang dibahas dalam Al-Qur’an. Seperti yang dikisahkan dalam kisah tadi, begitu membaca Al-Qur’an hatinya menjadi bersih.

“Ananda semua ketika berinteraksi dengan AlQur’an, maka otaknya menjadi besih, hatinya menjadi bersih, tingkah lakunya menjadi bersih. Jadi kalau mengaku menghafal Qur’an tapi ucapannya masih kotor, perkataannya masih belum bersih, maka perlu dipertanyakan, selama ini interaksi dengan Qur’annya seperti apa, nak ?”, ujar Ustadz Syaiful memaparkan kesimpulan bagi penghafal Qur’an yang dapat diambil dari cerita tersebut.

Ustadz Saiful juga memaparkan dua hal yang harus dilakukan oleh seorang penghafal Al-Qur’an. Hal pertama yang perlu adalah istiqomah dalam mengulang-ulang hafalan alias murajaah. Hal kedua yang perlu dimiliki adalah berakhlak sebagaimana yang diajarkan dalam Al-Qur’an. Semoga menghafal Al-Qur’an bukan hanya sekedar menghafal saja, tapi juga membekas dalam diri kalian sebagai penghafal Al-Qur’an.

“Menjadi seorang penghafal Al-Qur’an itu tidak hanya mengutamakan menghafalnya saja, tapi juga menerapkan isi dari yang dihafalkannya dalam kehidupan sehari-hari.”, tegas Ustadz Saiful kepada santri-santri yang tengah berjuang menyelesaikan hafalan Qur’annya.

“Maka perlu diingat bahwa ketika berdoa, jangan hanya meminta kepada Allah untuk mampu menyelesaikan hafalan Al-Qur’an saja, tapi juga berdoa untuk dapat diberikan akhlak sebagaimana yang tertera dalam Al-Qur’an.”, lanjut Ustadz Saiful menegaskan.

Tidak hanya itu, banyak janji-janji Allah untuk para penghafal Qur’an, salah satunya saat seorang penghafal Qur’an ini meninggal dunia, ketika dia dikafani, Al-Qur’an ini berada diantara dirinya dengan kain kafannya dan terus mengikuti dia sampai ke alam kubur nanti, akan terus mengikuti dia dan melindunginya. Al-Qur’an ini tidak hanya menjaga dan melindungi sang penghafal Qur’an saja, tapi juga menjaga dan melindungi siapa sosok yang selalu menjadi pendukungnya dalam menuntaskan hafalan Qur’an hingga 30 juz.

Ustadz Saiful juga memberikan tips bagaimana jika merasa lemah dalam menghafal Al-Qur’an ? mengingat kemampuan setiap orang dalam menghafal tidak selalu sama.

“Jangan khawatir, nak. Tinggal tambah saja waktunya. Tinggal tambah saja semangatnya. Dan perlu diingat pula, ketika menghafal Qur’an, hilangkan rasa dongkol dalam hati, hapus kebencian pada teman, usahakan jangan ada titik hitam dalam lubuk hati kita. Hilangkan semua hal yang dapat menghalangi jalan menghafal Qur’an. Kemudian luruskan niat.”, ujar Ustadz Saiful memaparkan tips berharga dalam menghafal Al-Qur’an yang sekaligus menutup nasihat beliau.

Kategori
Amalan Artikel Berita Tahfidz Pesantren

Kiat Menghafal Alquran

Hari Kamis, 28 November 2019, adalah hari yang spesial untuk tiga orang santri. Setelah satu setengah tahun akhirnya mereka menyelesaikan hafalan Alquran 30 juz. Mulai menghafal sejak duduk di tingkat ‘Idaad, Muhammad Rizky, Muhammad Arif Fauzi, serta Naufal Faras yang duduk di kelas 11 sangat bersyukur atas apa yang telah mereka capai.

Saung di bawah pohon jamblang Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Ketapang menjadi saksi seremoni Khotmil Qur’an ketiganya. Rizky, Arif, dan Naufal dibimbing oleh Ustadz Dandy dalam satu halaqoh pada proses menghafal Alquran. Mereka adalah generasi pertama yang berhasil meraih pencapaian tersebut dalam halaqoh itu. Disaksikan pula oleh kepala pengasuhan pesantren, Ustadz Syaiful Bahri, mereka membacakan surat Al-Ikhlas 3 kali sebagai tanda telah menghafal seluruh isi Alquran.

Allah SWT menerangkan bahwa menghafal Alquran merupakan hal yang mudah bagi mereka yang bersungguh-sungguh. Itu dibuktikan oleh mereka. Rizky mengatakan bahwa niat adalah hal utama dalam proses menghafal Alquran. Selanjutnya tentukan target hafalan yang ingin dicapai secara spesifik. “Biar cuma satu, dua ayat, atau setengah halaman lah tapi harus ditentukan”, ujarnya. Dengan begitu hafalan Alquran terencana sehingga kita memiliki motivasi dalam menghafalnya.

Niat yang ditanamkan juga harus tulus. “Jangan karena hadiah tapi memang bener-bener karena Allah”, ujar Arif. Hal tersebut juga diamini oleh Naufal. “Harus ada dorongan juga dari orang tua”, tambah Naufal. Selanjutnya tinggal muroja’ah hafalan secara rutin.

Dalam proses menghafal Alquran pasti ada hambatan yang akan menghampiri. Ketiganya sepakat bahwa yang paling sulit pada proses tersebut adalah istiqomah. Namun, yang jauh lebih sulit adalah menjaga hafalan Alquran.

Semoga Allah SWT selalu bersama orang-orang yang senantiasa membaca, menghafal dan menjaga hafalan, serta mengimplementasikan isi Alquran. Aamiin.

Kategori
Berita Tahfidz

Seribu Lebih Santri Ikuti Seleksi WTN

Sebanyak 1.030 santri tercatat mendaftar pada seleksi Wisuda Tahfizh Nasional (WTN) Daarul Qur’an yang rencananya akan digelar pada 4 Mei 2019 di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an, Ketapang, Tangerang. WTN merupakan ajang tahunan bagi para santri Daarul Qur’an baik dari pesantren tahfizh, takhasus dan rumah tahfizh.

Sadam Husen selaku panitia WTN tahun ini mengatakan para santri yang mendaftar tersebut nantinya akan diseleksi yang akan dilaksanakan mulai 10 maret hingga 11 April mendatang. Seleksi akan dilaksanakan dengan sistem Musabaqah Hifzhil Qur’an (MHQ) atau sambung ayat. Para penguji yang berasal dari biro tahfizh nantinya akan mendatangi pesantren dan rumah tahfizh untuk melakukan ujian secara langsung.

Antusiasme santri akan penyelenggaraan WTN mulai terlihat. Sebagaimana disampaikan oleh Sadam, jumlah pendaftar seleksi yang sudah mencapai ribuan hanya beberapa hari setelah pendaftaran dibuka menunjukkan para santri ingin mengikuti kegiatan ini.

“Alhamdulillah, para santri antusias dengan penyelenggaraan WTN ini. Laporan dari para pengasuh, para santri mulai menyiapkan diri sebelum tim penguji datang” ujar Sadam.

Ia pun berharap seluruh tahapan akan berlangsung lancar hingga hari H pelaksanaan dan WTN kali ini bisa menghasilkan para wisudawan dengan kualitas bacaan serta hafalan Alquran yang baik.