Kategori
Artikel Lifestyle Pesantren

Mengisi Rumah Dengan Rutinitas di Pesantren

Kalau rajin dhuhanya hanya di pesantren saja, itu artinya dhuhamu hanya untuk menggugurkan kewajibanmu di selama pesantren.

Pandemi Covid-19 mengantarkan putra putri saya untuk menetap di rumah. Saya, ibu dari empat anak yang mengasramakan putra putri saya di Pesantren Daqu kembali menjemput putra terakhir saya sejak beredarnya keputusan dari KH. Yusuf Mansur terkait Learning From Home tiga pekan yang lalu, tepatnya hari Ahad (15/3).

Mendidik dan mengawasi anak-anak di rumah kembali menjadi tanggung jawab saya sebagai seorang Ibu. Namun hal itu sama sekali tidak memberatkan saya. Saya justru sangat senang, karena dengan adanya kondisi seperti ini kami sekeluarga bisa menghabiskan waktu lebih banyak untuk bersama di rumah. Biasanya hal ini hanya bisa kami jalani dua kali dalam setahun, yakni saat anak-anak liburan semester satu dan liburan semester dua sekaligus libur hari raya Idul Fitri.

Putra terakhir saya telah masuk di Pesantren Daqu sejak usia Sekolah Dasar, tepatnya saat naik ke kelas 4 SD. Saat itu, dia yang meminta sendiri untuk masuk ke Pesantren Daqu Shighor Putra setelah melihat kebahagiaan kakaknya yang sudah lebih dulu nyantri di Pesantren Daqu Shighor Putra sejak kelas 5 SD. Usai menyelesaikan pendidikannya di Pesantren Daqu Shighor Putra, kedua putra saya memilih melanjutkan pendidikannya ke tingkat SMP dan SMA di Pesantren Daqu Ketapang.

Kini, kakaknya telah lulus jenjang SMA di Pesantren Daqu dan tengah melanjutkan studinya di Turki. Namun, keberadaannya saat ini masih tertahan di Turki dan tidak bisa kembali ke tanah air akibat diberlakukannya lockdown di berbagai negara, termasuk Turki dan Indonesia sendiri. Saat keadaan seperti ini, ia harus tetap berada jauh dari orangtuanya, namun tidak mengapa. Doa saya sebagai orangtua akan tetap mengalir untuknya.

Lain hal dengan putra terakhir saya yang saat ini masih menjalani pendidikan di kelas XI Pesantren Daqu Ketapang. Ia dapat kembali ke rumah, berada dekat dengan orangtua dan menjalani aktivitas kegiatan belajar mengajar dari rumah.

Dalam kondisi lockdown seperti sekarang ini, saya memanfaatkan momen berkumpul di rumah dengan sebaik-baiknya. Saya berupaya memindahkan seluruh kegiatan rutin di pesantren ke rumah. Disela kesibukannya sebagai santri yang tengah menjalani pembelajaran dari rumah, mereka juga tetap menjalani kebiasaan-kebiasaan sebagaimana yang dijalankan di pesantren setiap hari. Seperti, shalat berjamaah di awal waktu, shalat tahajud, shalat dhuha, mengisi waktu jeda antara shalat subuh dan dhuha dengan muraja’ah, menjalani puasa daud, tilawah Al-Qur’an setiap hari, juga berbagai hal lain yang dapat dilakukan di rumah.

Saya sebagai orangtua berupaya mengoptimalkan kegiatan tersebut untuk menjaga istiqomah anak-anak dan menanamkan kepada mereka bahwasanya ibadah tidak semata-mata menjadi kewajiban saat di pesantren saja, tapi juga harus bisa dijalankan saat dimana pun mereka berada, termasuk di rumah.

Jangan sampai nikmatnya beribadah hanya mereka rasakan saat berada di pesantren. Hal ini menjadi tanggung jawab saya sebagai orangtua untuk dapat menanamkan kebiasaan beribadah kepada anak-anak saya.

“Kalau rajin tahajudnya hanya di pesantren saja, itu artinya selama ini kamu menjalankan tahajud untuk manusia, bukan untuk Allah. Niat ibadahmu perlu diperbaiki. Kalau rajin dhuhanya hanya di pesantren saja, itu artinya dhuhamu hanya untuk menggugurkan kewajibanmu di pesantren.”, kalimat itulah yang kerap kali saya ucap di rumah saat liburan pesantren mulai tiba.

Jika selama di pesantren yang bertanggung jawab atas ibadah anak-anak adalah para Ustadz dan Ustadzahnya sebagai orangtua kedua mereka, maka di rumah tanggung jawab ini kembali diambil alih oleh orangtuanya. Pengawasan dan pembinaan ibadah mereka tetap harus dipantau yaa, ayah bunda…

Saya yakin, dengan ikhtiar mengajak anak untuk membiasakan rutinitas beribadah ini hanya akan terasa sulit di awal. Kedepannya, anak-anak sudah terbiasa dan akan merasa hampa seperti ada yang hilang dalam dirinya saat meninggalkan kebiasaan-kebiasaan tersebut, sampai nanti mereka dewasa.

Semoga bisa menjadi inspirasi bagi para orangtua yang saat ini tengah menikmati saat-saat quality time bersama anak-anak dan keluarga di rumah.

Oleh : Hj. Alfiyah, Wali Santri dari Achmad Ra’uuf Abdillah, Alumni Pesantren Daqu Ketapang Angkatan 9 dan Achmad Rofiif Saifullah, Santri Kelas XI Pesantren Daqu Ketapang