Kategori
Artikel Health

Jaga Kebugaran Tubuh Walau Harus #dirumahaja

Di masa Work From Home (WFH) dan Learn From Home (LFH), bukan berarti kita ga menjaga kesehatan dong. Salah satu caranya dengan makan makanan bergizi dan berolahraga. Nah, biasanya pada malas kalau harus berolahraga di rumah karena ga ada lahan yang cukup untuk bergerak. Tapi kalian ga perlu khawatir. Ustadz Rizki Aminullah membagikan tips berolahraga saat WFH dan LFH nih.

Ustadz Rizki merupakan salah satu asatidz Daarul Qur’an yang rutin berolahraga untuk menjaga kebugaran tubuh seperti lari dan bersepeda. Khusus lari, ia memulainya sejak 2018. Kepala Biro Penelitian dan Pengembangan Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an ini juga telah mengikuti berbagai event lari tingat nasional maupun internasional. Sebut saja Pocari Sweat Running 2019 di Bandung dengan jarak 10 km yang pesertanya ribuan serta Jabar International Marathon pada Desember 2019 di Pantai Pangandaran dengan jarak 21 km. Di bulan Mei 2020 ini ia juga akan mengikuti event Virtual Run bertajuk Run To Care Multiple Run dengan jarak tempuh 155 km.

Lari memang bisa menjadi pilihan untuk berolahraga di masa WFH dan LFH. Selain simpel, dibanding bersepeda, lari lebih banyak membakar kalori dengan durasi waktu yang lebih singkat. Artinya, jarak tempuh yang dibutuhkan juga tak terlalu jauh. “Di masa ini, saya dan pelatih di komunitas lari menyarankan untuk tetap berolahraga dengan intensitas yang rendah, minimal 30 menit setiap hari, dan sebaiknya di bawah sinar matahari pagi. Saya sarankan pagi hari sebelum mulai WFH. Saya biasa mulai di jam 6, selesai maksimal 7.30. 30 menit makan dan mandi, jam 8 sudah on lagi di laptop”, ujar Ustadz Rizki tentang waktu ideal memulai lari.

Nah, agar tetap aman saat berlari di tengah wabah Covid-19, menurutnya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. “Tidak di keramaian. Kemudian lari sendiri atau tidak bersama dengan teman-teman. Tetap jaga jarak jika berpapasan. Dan setelah lari langsung mandi dan cuci semua pakaian yang dipakai”.

Bagi kalian yang ingin coba ikut event lari, bisa ikuti saran beliau nih dengan mengikuti Virtual Run. Virtual Run adalah event lari yang bisa dilakukan di mana saja dan jaraknya bisa dipilih seusai kemampuan. Selain itu, juga pilih kategori Multiple Run atau lari dengan total jarak yang ditentukan dan boleh dicicil pada periode tertentu, sangat cocok dilakukan di masa-masa seperti ini. “Contoh ada event Virtual Run Boston Marathon 2020. Nah kita ga lari di Boston, tapi tetap aja lari di Jakarta. Tapi nanti medalinya ya medali Boston Marathon. Pesertanya ya seluruh dunia yang ikut”, jelasnya.

Kalau ga suka lari, bisa juga mencontoh olahraga yang dipilih Ustadz Rizki yang dilakukan di rumah. Ia melakukan  senam aerobik, kalistenik, atau senam tabata. Olahraga tersebut juga tergolong simpel dan bisa dilakukan di sudut rumah manapun.

Yang paling penting kita harus tetap menjaga kebugaran tubuh agar terhindar dari segala jenis penyakit, termasuk Covid-19 ini. Selain olahraga, pola makan teratur dan istirahat yang cukup juga diperlukan. “Kemampuan fisik manusia itu mutlak akan berkurang setiap tahunnya. Tubuh manusia didiamkan saja akan berkurang, apalagi ditambah dengan pola makan, pola istirahat, pola aktivitas orang kekinian yang makin gak teratur, maka kemampuan fisik akan mengurang lebih cepat dari waktunya. Tinggal setiap orang itu memilih akan berkurang cepat, atau di jaga kemampuan fisiknya”, ujar Ustadz Rizki megutip perkataan salah satu dokter spesialis fisik.

Maka dari itu, ayo sama-sama menjaga kebugaran tubuh walau harus #dirumahaja. Kalau kondisi fisik bugar, Insya Allah akan semakin produktif dan terhindar dari infeksi Covid-19.

Kategori
Artikel Lifestyle Pesantren

Mengisi Rumah Dengan Rutinitas di Pesantren

Pandemi Covid-19 mengantarkan putra putri saya untuk menetap di rumah. Saya, ibu dari empat anak yang mengasramakan putra putri saya di Pesantren Daqu kembali menjemput putra terakhir saya sejak beredarnya keputusan dari KH. Yusuf Mansur terkait Learning From Home tiga pekan yang lalu, tepatnya hari Ahad (15/3).

Mendidik dan mengawasi anak-anak di rumah kembali menjadi tanggung jawab saya sebagai seorang Ibu. Namun hal itu sama sekali tidak memberatkan saya. Saya justru sangat senang, karena dengan adanya kondisi seperti ini kami sekeluarga bisa menghabiskan waktu lebih banyak untuk bersama di rumah. Biasanya hal ini hanya bisa kami jalani dua kali dalam setahun, yakni saat anak-anak liburan semester satu dan liburan semester dua sekaligus libur hari raya Idul Fitri.

Putra terakhir saya telah masuk di Pesantren Daqu sejak usia Sekolah Dasar, tepatnya saat naik ke kelas 4 SD. Saat itu, dia yang meminta sendiri untuk masuk ke Pesantren Daqu Shighor Putra setelah melihat kebahagiaan kakaknya yang sudah lebih dulu nyantri di Pesantren Daqu Shighor Putra sejak kelas 5 SD. Usai menyelesaikan pendidikannya di Pesantren Daqu Shighor Putra, kedua putra saya memilih melanjutkan pendidikannya ke tingkat SMP dan SMA di Pesantren Daqu Ketapang.

Kini, kakaknya telah lulus jenjang SMA di Pesantren Daqu dan tengah melanjutkan studinya di Turki. Namun, keberadaannya saat ini masih tertahan di Turki dan tidak bisa kembali ke tanah air akibat diberlakukannya lockdown di berbagai negara, termasuk Turki dan Indonesia sendiri. Saat keadaan seperti ini, ia harus tetap berada jauh dari orangtuanya, namun tidak mengapa. Doa saya sebagai orangtua akan tetap mengalir untuknya.

Lain hal dengan putra terakhir saya yang saat ini masih menjalani pendidikan di kelas XI Pesantren Daqu Ketapang. Ia dapat kembali ke rumah, berada dekat dengan orangtua dan menjalani aktivitas kegiatan belajar mengajar dari rumah.

Dalam kondisi lockdown seperti sekarang ini, saya memanfaatkan momen berkumpul di rumah dengan sebaik-baiknya. Saya berupaya memindahkan seluruh kegiatan rutin di pesantren ke rumah. Disela kesibukannya sebagai santri yang tengah menjalani pembelajaran dari rumah, mereka juga tetap menjalani kebiasaan-kebiasaan sebagaimana yang dijalankan di pesantren setiap hari. Seperti, shalat berjamaah di awal waktu, shalat tahajud, shalat dhuha, mengisi waktu jeda antara shalat subuh dan dhuha dengan muraja’ah, menjalani puasa daud, tilawah Al-Qur’an setiap hari, juga berbagai hal lain yang dapat dilakukan di rumah.

Saya sebagai orangtua berupaya mengoptimalkan kegiatan tersebut untuk menjaga istiqomah anak-anak dan menanamkan kepada mereka bahwasanya ibadah tidak semata-mata menjadi kewajiban saat di pesantren saja, tapi juga harus bisa dijalankan saat dimana pun mereka berada, termasuk di rumah.

Jangan sampai nikmatnya beribadah hanya mereka rasakan saat berada di pesantren. Hal ini menjadi tanggung jawab saya sebagai orangtua untuk dapat menanamkan kebiasaan beribadah kepada anak-anak saya.

“Kalau rajin tahajudnya hanya di pesantren saja, itu artinya selama ini kamu menjalankan tahajud untuk manusia, bukan untuk Allah. Niat ibadahmu perlu diperbaiki. Kalau rajin dhuhanya hanya di pesantren saja, itu artinya dhuhamu hanya untuk menggugurkan kewajibanmu di pesantren.”, kalimat itulah yang kerap kali saya ucap di rumah saat liburan pesantren mulai tiba.

Jika selama di pesantren yang bertanggung jawab atas ibadah anak-anak adalah para Ustadz dan Ustadzahnya sebagai orangtua kedua mereka, maka di rumah tanggung jawab ini kembali diambil alih oleh orangtuanya. Pengawasan dan pembinaan ibadah mereka tetap harus dipantau yaa, ayah bunda…

Saya yakin, dengan ikhtiar mengajak anak untuk membiasakan rutinitas beribadah ini hanya akan terasa sulit di awal. Kedepannya, anak-anak sudah terbiasa dan akan merasa hampa seperti ada yang hilang dalam dirinya saat meninggalkan kebiasaan-kebiasaan tersebut, sampai nanti mereka dewasa.

Semoga bisa menjadi inspirasi bagi para orangtua yang saat ini tengah menikmati saat-saat quality time bersama anak-anak dan keluarga di rumah.

Oleh : Hj. Alfiyah, Wali Santri dari Achmad Ra’uuf Abdillah, Alumni Pesantren Daqu Ketapang Angkatan 9 dan Achmad Rofiif Saifullah, Santri Kelas XI Pesantren Daqu Ketapang

Kategori
Artikel Travel

Tiga Persiapan Utama Agar Halan-Halan Bermakna

‎Sudah mendekati akhir tahun, pastinya banyak rencana disiapkan. Mulai berlibur ke destinasi-destinasi menarik sampai berburu menu makanan enak yang siap menggoyang lidah untuk bahan cerita. Judulnya pun sudah bukan berlibur lagi, tapi halan-halan, bahasa millenialnya…

Dari rencana yang sudah disusun seringkali dalam prakteknya masih suka terlewat. Entah karena terburu-buru ataupun karena mendadak ada agenda kerja yang tak bisa ditinggalkan. Kawan-kawan sahabat muslim, sebelum melaksanakan kegiatan halan-halan, sebagai sesama muslim kiranya kami akan berbagi tips agar saling tawasou di antara kita. 

Bagaimana sich halan-halan itu bisa jadi nyaman? Perlulah kita perhatikan poin-poin persiapan secara menyeluruh. Mulai dari persiapan mental, persiapan fisik, serta persiapan materi. Berikut pembahasannya:

Secara mental dan spiritual kita memahami betul bahwa traveling atau safar juga bagian dari Sunnah yang diperbolehkan, asal sewajarnya. Allah SWT berfirman:

 

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ ۖ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ 

“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan” (Al-Mulk: 15) 

 

Niatkan betul liburan kali ini ada nilai ibadahnya. Faham karena dalam safar ada ilmu, dalam safar ada hikmah, dan dalam safar ada pengabulan doa. Maka niatkan menuntut ilmu, bukan maksiat. 

Selain itu, hadirkan welas asih dalam perjalanan. Jangan ujub, pamer, riya, dan lainnya. Bersikap baik di perjalanan ke tempat tujuan/wisata. Jauhkan sifat pamer. Datangnya para traveller sudah diimagekan lebih oleh mereka yang kedatangan rombongan kita. Maka tidak perlu lagi merasa lebih atau pamer.

Perjalanan yang dekat bisa jadi akan memakan waktu lama karena terjadinya penembahan volume kendaraan pada tanggal tertentu. Maka dari itu kita harus melakukan persiapan fisik saat mengemudi. Sesuaikan kondisi fisik dengan perjalanan kita. Misalnya, fisik kita bukan sebagaimana layaknya fisik pengemudi bus malam atau truck yang terbiasa jalan di malam hari. Memulai perjalanan di pagi hari dan upayakan banyak istirahat di malam hari. 

Kalaupun terpaksa melakukan perjalanan di malam hari untuk meghindari macet, kita bisa mengkonsumsi suplemen yang direkomendasikan oleh dokter. Apalagi yang herbal. Tapi alangkah lebih baiknya mengkonsumsi suplemen sebelum perjalanan dilakukan. 

Selama di lokasi wisata atau tujuan tidak perlu terlalu memporsir fisik hingga lelah. Sisakan tenaga untuk melakukan perjalanan pulang. Bermain secukupnya dan nikmati suasana liburan dengan hati lapang. 

Persiapan materi adalah persiapan barang bawaan dan kendaraan kita. Selama halan-halan diupayakan tidak menggunakan aksesoris dan perhiasan yang berlebihan. Menghindari kejahatan yang sewaktu-waktu akan datang. Juga menjauhkan diri dari sifat pamer/riya. Sekedarnya cukup bagi yang memandang. 

Tidak perlu juga membawa cash money yang banyak. Sekarang zamannya cashless. Sebagai antisipasi silahkan bawa kartu asuransi jiwa atau sejenisnya sebagai persiapan jika ada hal yang tidak diinginkan. 

Kendaraan lebih vital lagi persiapannya. Cek masa berlaku, mesin, dan servis secara lengkap. Pastikan semua lampu berfungsi dengan baik. Ban juga diperiksa tekanan anginnya. Ini penting karena jika kondisi cuaca hujan atau banjir sering mengakibatkan kecelakaan yang disebabkan ban selip. Bisa juga menggunakan suplemen pengirit bahan bakar mengingat perjalanan jauh pasti akan banyak mengkonsumsi bahan bakar. 

Membawa makanan selama perjalanan bagus sekali karena akan menghemat pengeluaran. Jika kita makan selama di perjalanan, baik di rest area ataupun tempat lain, selama liburan ini sepertinya harga akan lebih mahal. Uang lebihannya bisa digunakan untuk hal lain. Beli oleh-oleh misalnya… 

Muslim yang baik adalah muslim yang selalu mengingat saudaranya. Halan-halan adalah keberkahan dari Allah. Maka dari itu ada baiknya kita berbagi keberkahan yang sudah Allah berikan kepada tetangga ataupun sanak saudara dengan buah tangan yang kita bawa. Tidak perlu memaksakan, kalau memang tidak ada lebihnya ya tidak apa-apa. Semoga halan-halan kita tahun ini semakin menambah ilmu, keberkahan, dan pengalaman yang berguna bagi diri kita dan keluarga. 

 

 

Oleh: Ustadz Hendy Irawan Saleh, Kepala Biro Kominfi, Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an